17 November 2008

eMarketing Ala Obama

Kemenangan Obama memang memukau. Tidak hanya warga Amerika Serikat. Tapi, seluruh dunia. Termasuk masyarakat Indonesia. Selasa malam (4/11), Barack Obama memenangi pemilu negara adi daya dengan perbedaan electoral votes yang mencolok, yakni 364:162. Presiden baru Amerika lahir di Grant Park, Chicago, malam itu.

Kemenangan Obama terjadi lantaran banyak faktor. Sosok lelaki kulit hitam yang masa kecilnya pernah hidup di Menteng, Jakarta itu, memang fenomenal. Sejak bergaung dua tahun silam, Obama bak sebuah produk yang lahir di tengah pasar yang tepat. Ketika masyarakat Internasional sudah mulai jenuh dengan kebijakan-kebijakan Amerika yang lebih mengedepankan aksi militerisme, Obama muncul di publik dengan kampanye perdamaian, pengurangan aksi militer, dan pendekatan diplomasi dengan negara lain. Apalagi Obama menjadi presiden keturunan Afrika-Amerika pertama di negeri adidaya itu. Sebuah kemenangan tersendiri bagi yang telah diperjuangkan Abraham Lincoln dan Martin Luther King Jr sebagai negeri bebas rasialisme.

Sementara itu, kampanyenya yang bertajuk “change” cukup tepat membidik apa yang menjadi kebutuhan warga Amerika yang sedang dilanda kebekuan. Dunia pun berharap “change” akan terjadi dalam relasi Amerika dengan negara-negara lain. Pasalnya, Amerika menjadi ikon berpengaruh dalam kebijakan ekonomi, sosial, politik, di negara-negara lainnya.

Nah, di balik kegemilangan Obama, patut dihargai kinerja keras dan cerdas dari tim kampanye Partai Demokrat itu. Tim yang sebagian besar terdiri dari orang muda ini boleh dibilang menguasai strategi marketing yang jitu. Situs Business Week menulis seandainya ada buku yang mendokumentasikan proses eleksi ini, buku itu sebaiknya jangan diberi judul “The Making of a President”. Tetapi, “The Marketing of a President.” Bagi Business Week, kampanye Obama merupakan studi kasus marketing yang luar biasa.

Asal tahu saja, tim sukses Obama menyasar lebih dari 218 juta pengguna internet dari 303 juta penduduk di Amerika. Setengah pengguna internet adalah orang muda. Belum lagi, jalur lintas batas ini mampu meraup simpati dari masyarakat di banyak benua.

Suami Michelle itu telah mengangkat Chris Hughes sebagai manajer kampanye web. Anak muda usia 24 tahun ini mampu menaklukkan pemilih belia di jalur maya. Hughes menggunakan jalur jejaring sosial, seperti Facebook, MySpace, Twitter, Plurk, blog, milis, dan forum diskusi maya.

Lewat jejaring sosial ini, Obama mampu meraih lebih 1,7 juta sahabat di Facebook dan 510 ribu kawan di MySpace. Jumlah ini katanya 10 kali lipat dari sahabat maya sang kompetitor McCain. Sementara itu, technical director pada sebuah spesialis digital brand Hello Computer Benon Czornij menangkap fenomena ini sebagai “The Digital Obama.” Benon menegaskan bahwa revolusi “Change” benar-benar terjadi melalui ranah maya ini. Dengan menggunakan mesin, tim sukses berhasil mengirimkan ucapan terimakasih atas dukungan kepada para pendukungnya melalui email pribadi. Bahkan, beberapa langsung melalui YouTube, SMS, bahkan Xbox games. Untuk video games, cara ini tergolong unik. Tim sukses Obama berhasil menaruh wajah dan pesan di berbagai macam game yang digemari oleh calon pemilih belia usia 18-30 tahun. Obama pun berhasil mengajak 54,5 % orang muda datang ke pemungutan suara. Ini pun menjadi jumlah pemilih muda terbanyak sepanjang sejarah Amerika.

Lewat internet, Obama berhasil merangkul para sponsor untuk membiayai kampanyenya. Internet berhasil menyumbang dana sebesar US$ 659,7 juta (Rp 6,9 triliun). Dana ini nyaris tiga kali lipat dari dana kampanye yang dikumpulkan tim sukses McCain.

Fenomena Obama patut menjadi inspirasi bagi siapa saja, khususnya para marketer untuk menggunakan berbagai peranti mutakhir. Kantor berita Voice of America (VOA) mengatakan strategi serupa dilakukan oleh Franklin Roosevelt pada tahun 1930-an. Franklin menggunakan jejaring radio untuk merebut perhatian rakyat Amerika. Bahkan membuka sebuah dialog interaktif dengan warga yang saat itu sedang dilanda depresi besar akibat krisis ekonomi.

VOA mengatakan Obama sebagai orang muda mampu menggaet suara orang muda melalui peranti yang digandrungi orang muda. Apalagi tema “Change” sendiri sangat menjual di kalangan muda yang memang cenderung tidak menyukai status quo.

Namun, Obama tidak boleh berpuas diri sampai di sini. Seperti juga seorang marketer yang baik tidak sekadar ‘membual’ menawarkan sebuah produk yang baik sampai produk itu terbukti kualitasnya. Kalau Obama ingkar janji, lewat cara-cara mutakhir ini pula image Obama bakalan hancur.

Sigit Kurniawan |VOA|The Washington Post|Time|Business Week| Foto: Google

Read more...

15 November 2008

Epson Sasar Bisnis Kecil Menengah

Kebutuhan mencetak masih menjadi kebutuhan pokok kalangan kantoran. Namun, kecepatan dan kualitas hasil cetakan masih memegang kunci bagi sebuah printer untuk memenuhi kebutuhan itu. Dalam misi inilah, Epson mengeluarkan dua tipe printer terbaru yang diharapkan menjadi produk unggulan, yakni Epson Stylus TX300F dan TX600 FW.

Salah satu produsen bidang digital imaging dan percetakan itu merilis dua produk itu bersama enam produk Epson lainnya di Hard Rock Hotel, Bali (6/11). Secara khusus kedua tipe teranyar ini diperuntukkan bisnis kecil dan menengah. “Kami menargetkan diri menyasar segmen ini karena menurut survei 80 persen bisnis di Indonesia merupakan perusahaan kecil dan menengah,” kata Presiden Direktur Epson Indonesia Hirasaki Michiya.

Epson Stylus Office TX300F menggabungkan kecepatan mencetak dan kualitas ketajaman hasil cetak teks laser printer dengan kualitas warna dan fleksibilitas media inkjet printer. Salah satu fitur penting dari produk baru ini adalah kemampuan memasukkan kertas Automatic Document Feeder (ADF) sampai 30 lembar. Pengguna pun bisa menggunakan fax, fotokopi, dan scan dalam waktu singkat.

Sementara itu, Epson Stylus Office TX600FW diposisikan sebagai printer tercepat di kelas multi-function printer (MFP) menggantikan Epson Stylus CX9300F. Printer ini mampu mencetak 27 halaman teks hitam dalam kurun waktu satu menit atau 38 halaman per menit (ppm) teks draft hitam. Satu keunggulan lain tipe ini adalah fitur wireless. Ini memungkinkan pengguna bisa melakukan printing dalam jarak tertentu tanpa kabel, mengoptimalkan fungsi ruang, dan mereduksi kebutuhan media koneksi. Tentu saja ini juga mampu menghemat biaya operasional.

Walaupun tergolong jenis inkjet, kedua printer ini mampu menghasilkan kualitas cetakan setara dengan jenis laser. Kunci kualitasnya terletak pada tinta Epson DuraBrite. “Tinta ini cepat kering, tidak luntur di air, antipudar sekaligus antikotor,” kata Ronny Dwi Sasonko, Product Specialist Epson.

Kedua printer menggunakan sistem cartridge INKdividual yang hemat biaya. Dilengkapi juga dengan perangkat lunak seperti Epson Creativity Suite dan Easy Photo Print. Fitur lain berupa PhotoEnhance yang mampu menjadikan foto seindah aslinya. Printer TX300F dibanderol dengan harga USD139 dan TX600FW dengan harga USD219.

Di tengah badai krisis finansial global, Epson optimis fenomena ini tidak terlalu berarti bagi penjualannya. “Justru ini cocok di masa krisis seperti sekarang ini. Kita mengusung produk heavy duty atau tahan lama,” tandas Senior GM Muchammad Husni Nurdin.

Sigit Kurniawan | Foto: Dokumentasi Epson

Read more...

Jelang Pesta Blogger 2008

Blog menjadi sebuah demam tersendiri bagi masyarakat Indonesia saat ini, khususnya kalangan muda. Indonesia sendiri masuk dalam top five blogger di dunia. Karena antusiasme para blogger ini diadakan Pesta Blogger. Pada tahun ini, perhelatan akbar para blog mania yang diorganisir Maverick dan Bubu.Com ini merupakan yang keduakalinya.

Pesta Blogger 2008 ini tampaknya cukup heboh. Banyak pihak mendukung sepenuhnya acara ini. Sebut saja, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kedutaan Besar Amerika Serikat, Microsoft, Oxfam, Kompas, dan sebagainya. Bahkan, Menkominfo menetapkan 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional.

Nah, seminggu menjelang Pesta Blogger ini, antusiasme para peserta cukup besar. Buktinya, kapasitas 1.000 peserta Pesta Blogger yang akan diadakan di Gedung BPPT, Jakarta, 22 November ini sudah penuh dua minggu sebelum acara. Sementara masih banyak para blogger yang ingin ikut. Pihak panitia masih menyediakan 200 bangku yang bisa diperoleh dengan regristrasi pada hari H.

Untuk meramaikan acara ini, panitia menyediakan kostum khusus bagi para blogger. Cara memperoleh Official T-Shirt itu bisa melalui on line di situs www.pestablogger.com. Selain itu, panitia juga menyediakan banner keikutsertaan atau dukungan pada pesta Blogger ini yang bisa diunduh melalui situs dan dipasang di blog masing-masing. Bahkan, segala tulisan yang terkait dengan Pesta Blogger ini disarankan akan diberi tag khusus yang sudah disediakan melalui website.

Pesta Blogger kali ini mengusung tema “Blogging for Society.” Ini mau menunjukkan bahwa blogger juga memiliki kepedulian pada lingkungan sekitar.

Pada 14 November 2008, sebagai dukungan pada Pesta Blogger, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Cameron R. Hume menyempatkan diri bertandang ke tempat kumpul para blogger di angkringan wi-fi Wetiga yang dikenal dengan “Rumah Blogger Indonesia.”

Pada kesempatan itu, Cameron mendonasikan 300 buah buku, termasuk buku anak-anak dan ensiklopedia, dalam pogram “Gerakan 1.000 Buku.” Antusiasme Amerika Serikat mendukung kegiatan blogging di Indoensia menuai banyak tanggapan. Minimal ini menunjukkan bahwa peran blog cukup besar dari pola relasi masyarakat modern, termasuk pola komunikasi sosial dan politik. Kasus kemenangan Obama menjadi suatu bukti yang tak terbantahkan.

“Blogging merupakan bentuk kebebasan berbicara yang individualis dan egaliter. Ini memberikan orang awam sebuah wadah untuk menyuarakan aspirasi mereka. Memungkinkan mereka menjadi jurnalis warga. Komunitas ini merupakan sebuah penghargaan pada demokrasi dan masyarakat yang terbuka di Indonesia. Komunitas ini menjadi contoh bahwa blogger bisa menggunakan teknologi ini untuk memberikan kontribusi pada masyarakat dan memperbaiki kehidupan warga lain,” tandas Cameron.

Sepertinya, para marketer tidak boleh menutup mata dengan peranti interaktif mutakhir ini. Blog pun tetap halal untuk dijajal sebagai pola komunikasi baru antara perusahaan dan para stakeholder-nya.

Sigit Kurniawan| Foto: pestablogger.com

Read more...

14 November 2008

Dari “7C” hingga Kepuasan Pelanggan

Masih ingat sosok Jeff Bezos? Pria kelahiran New Mexico tahun 1964 ini menjadi salah satu ikon revolusi internet yang merangsek ke dunia bisnis. Bezos terkenal karena toko buku online-nya, Amazon.com, menjadi e-bookstore terbesar di dunia.

Kehadiran Amazon.com telah mengubah cara orang membeli buku. Konsumen tidak perlu lagi bersusah payah datang ke sebuah toko buku, menyusuri rak-rak buku, merogoh kocek, dan membayar buku pilihannya di kasir. Kini mereka tinggal mengklik situs tersebut, mencari buku yang diinginkan dengan mesin pencari, memesan, lalu membayarnya lewat e-banking. Tidak lama kemudian, buku itu akan dikirimkan ke alamat si pemesan—tidak peduli dia ada di negera mana pun.

Tidak bisa disangkal internet telah melakukan perombakan besar pada pola relasi antarumat manusia. Model komunikasi tradisional dengan tatap muka dalam satu ruang pun semakin tergeser. “Internet merupakan badai raksasa yang sangat besar. Dan salah satu hal konstan dalam badai tersebut adalah pelanggan,” kata Bezos.

Nah, Bezos merupakan salah satu orang yang menikmati legitnya bisnis internet. Kini internet pun menjadi peranti mutakhir untuk menjalankan bisnis modern. Dalam konteks inilah, lahirlah konsep internet marketing.

Internet Marketing
Internet marketing atau sering disebut dengan marketing online dibedakan dengan marketing konvensional atau marketing offline. Secara sederhana, internet marketing adalah semua kegiatan pemasaran yang dilakukan melalui internet atau dunia maya. Pakar marketing dunia Philip Kotler, dalam According to Kotler (2005), mengakui bahwa internet telah melakukan revolusi pada praktik dan
efisiensi bisnis.

Meski media utamanya adalah online, internet marketing tetap saja membutuhkan jasa layanan lain secara offline. Ada dua metode pemasaran dalam internet marketing ini. Pertama, marketing online yang memasarkan produk masih menggunakan jasa kurir. Jasa kurir ini sering disebut dengan “internet marketing affiliate”. Kedua, marketing online yang mengandalkan kekuatan jaringan atau network marketing.

Karakter dari internet marketing affiliate ini adalah beli putus. Artinya, sesudah terjadi transaksi, hubungan antara penjual dan pembeli putus begitu saja. Sementara itu, network marketing biasanya menjual barang yang bisa diunduh oleh si pemakai internet. Misalnya, menjual gambar, teks-teks kuliah, teks seminar, bahkan orang pun bisa menjual buku-buku (e-book) dan video seperti YouTube.

Daya Tarik Internet
Pada prinsipnya, marketing di dunia maya sama dengan marketing offline. Tapi, para internet marketer melihat beberapa kelebihan internet marketing di mana mereka mampu mendulang fulus jauh lebih banyak ketimbang dengan cara konvensional. Setidaknya ada beberapa kelebihan internet marketing ini.

Daya tarik pertama adalah target market-nya tidak terbatas. Persis seperti karakter internet yang “borderless”, internet marketer mampu menjangkau target market-nya secara tidak terbatas di seluruh dunia.

Promosi di internet pun bisa dilakukan secara lebih efektif. Internet marketer mempunyai kebebasan berkreativitas dalam menentukan bentuk promosinya. Mereka bisa
leluasa menentukan target market yang dipilih. Caranya dengan online ad dan viral marketing. Bisa juga dikawinkan dengan jalur offline melalui komunitas.

Selain itu, marketer bisa berpromosi dengan menampilkan search engine. Menurut Bob Julius Onggo, penulis buku Cyber Branding Through Cyber Marketing, peranti search engine memudahkan konsumen mencari barang, membeli produk, melakukan outsourcing maupun riset. Konsumen yang menggunakan alat ini mood-nya lebih siap ketimbang mereka yang dikunjungi melalui e-mail spam yang biasanya sudah antipati dan tidak siap.

Sementara itu, internet marketer bisa memanfaatkan sistem otomatisasi yang melekat pada internet. Hal ini membantu marketer mengurangi ketakutan kehilangan prospek. Alat ini membantu marketer untuk melayani calon pelanggan di seluruh dunia selama 24 jam. Sistem ini disebut dengan autoresponder yang bisa menjawab dan melayani semua orang di mana saja dan kapan saja.

Ada sejumlah fakta yang membuktikan berbisnis secara online membutuhkan modal dan risiko yang lebih kecil dibanding bisnis offline. Sementara hasil yang didapatkan bisa saja lebih besar ketimbang dengan cara konvensional. Internet marketing pun memungkinkan adanya transaksi real time dengan pelanggan di seluruh benua. Bisa dibayangkan jika para internet marketer harus menyambangi seluruh pelanggannya yang tersebar di berbagai benua. Selain memakan banyak biaya, efektivitas juga akan berkurang.

Kemasan Tetap Penting
Orang boleh bilang, “Don’t judge the book by its cover.” Tapi, ingat kemasan tetap menjadi media utama dalam marketing. Sosiolog Marshall McLuhan mengatakan, “The medium is the message.” Bagi McLuhan, kemasan atau media penyampai itu merupakan pesan tersendiri. Apalagi dunia sekarang yang serba digital di mana berbagai pencitraan membombardir penglihatan kita.

Berhubungan dengan itu, Philip Kotler mengatakan bahwa setiap perusahaan sebaiknya membuat sebuah situs yang mencerminkan tujuan, sejarah, produk, visi, dan beberapa segi lain perusahaan. Situs ini juga harus seefektif mungkin agar orang bisa gampang mengontak perusahaan.

Makanya, ada hal-hal yang patut diperhatikan oleh internet marketer dalam membuat sebuah situs. Rafi A Mohammed dan koleganya menyebutnya dengan “7C” seperti yang tercantum di bukunya Internet Marketing: Building Advantage In A Networked Economy. Yang dimaksud “7C” ini tak lain adalah Context, Content, Community, Customization, Communication, Connection, dan Commerce.

Yang dimaksud dengan context adalah layout atau desain situs tersebut. Desain sebaiknya mempunyai nilai estetika dan tampilan fungsional. Situs merupakan paduan dari grafis, warna, dan fitur. Namun, semua itu harus mendukung tujuan penggunaan seperti kemudahan navigasi.

Internet marketer harus memperhatikan content atau isi yang disajikan, seperti teks, gambar, suara, maupun video. Soal isi, marketer harus cerdas dan selektif sesuai kebutuhan target pasarnya. Belum tentu situs yang canggih dan rame fiturnya bakal laku.

Strategi membentuk komunitas (community) penting pula dalam membangun sebuah situs. Komunitas terbentuk dari kesamaan minat maupun kebutuhan. Situs akan mempunyai nilai tambah jika memberi ruang kontak antarpelanggan. Ruang interaktif ini akan menguatkan relasi perusahaan dengan pelanggan maupun antarpelanggan sendiri. Pelanggan bisa saling tukar informasi dan transaksi jual beli.

Selanjutnya, situs sebaiknya cukup fleksibel dengan customization. Ini menyangkut kemampuan situs memodifikasi diri untuk atau dimodifikasi baik dari perusahaan (tailoring) maupun pelanggan (personalization).

Situs yang baik juga sebaiknya interaktif. Sekarang tidak jarang perusahaan yang memakai blog (corporate blog) karena lebih interaktif. Intinya, perlu ruang komunikasi dua arah antara pemilik situs dan users. Ini bisa dilakukan dengan e-mail, milis, customer service request, community blog, maupun instant messaging.

Koneksi (connection) antarsitus pun penting. Internet marketer harus pandai-pandai membuat link atau barter link dengan situs-situs strategis yang sudah mempunyai banyak pengakses. Link ini akan memudahkan konsumen, baik sengaja atau tidak sengaja, mampir di situs tersebut.

Terakhir, tidak boleh dilupakan bahwa kemampuan situs untuk melayani transaksi (commerce). Situs sebaiknya sesimpel mungkin di mana orang bisa melakukan transaksi online secara cepat sekaligus aman.

eBay dan Amazon
Siapakah jawara-jawara yang sukses menerapkan internet marketing? Di antara sederet merek, ada dua yang layak dijadikan contoh. Kita awali dengan eBay. Situs lelang pertama yang menggunakan jalur online ini dibesarkan oleh Pierre Omidyar. Ia menangkap peluang bisnis internet dan mendirikan auction web pada tahun 1995. Perusahaan konsultasi Omidyar, Echo Bay Technology Group, resmi menjadi milik situs tersebut.

Omidyar segera mendaftarkan situsnya dengan nama eBay. Situs ini berkantor di San Jose, California, Amerika Serikat. Usai berdiri sebagai perusahaan, situ lelang ini dikelola secara serius. Salah satunya dengan mengangkat Margaret C Whitman, mantan eksekutif Hasbro Inc, The Walt Disney Co, dan Procter & Gamble, menjadi presiden dan CEO eBay pada tahun 1998.

Tangan ajaib Whitman berhasil membesarkan layanan belanja online ini. Perempuan itu punya jurus manajemen yang mampu mengelola kompetisi dengan situs sejenis, seperti Amazon dan Yahoo! Ia menggandeng America Online (AOL) sebagai provider eBay. Hasilnya, pada kuartal ketiga tahun 1999, situs ini sukses mendongkrak income 280% menjadi US$ 741 juta. Ia pun memfokuskan diri pada bisnis transaksi dan iklan yang memberinya laba 6% dari setiap transaksi. Selain itu, ia memberi insentif berupa pembebasan biaya pengiriman barang.

Siapa pun yang menjadi pelanggan haruslah dihormati. Itulah prinsip yang dipegang teguh Whitman dalam bisnis. Oleh karenanya, ia menjadikan situsnya seinteraktif mungkin bagi pelanggan. Tim eBay harus menanggapi setiap masukan dan kritik dengan cepat. Bahkan, Whitman sendiri rela turun tangan merespon e-mail pelanggan selama 24 jam. Pihak eBay tidak segan-segan membayar jutaan dolar atas keteledoran servis pada pelanggan. Bagi Whitman, ini kunci mempertahankan loyalitas pelanggan.

Whitman juga menerapkan marketing internal dengan memberi teladan pada tim. Ia membeli barang kebutuhan sehari-hari termasuk mobil melalui eBay. Ekspansi pun digelar. Pada tahun 2001, eBay mengakuisisi iBazar, perusahaan lelang di delapan negara Eropa, Selandia Baru, dan Korea selatan. Tahun 2003, eBay bermitra dengan FachNet untuk mendapatkan pelanggan baru di China. Di tahun yang sama, eBay mengakuisisi PayPal, perusahaan bank online dengan nilai US$ 1,5 miliar.

Mereka juga menggandeng GE Business Credit Services untuk membantu pembiayaan pengusaha kecil dan menengah. Untuk meningkatkan brand image, eBay juga melancarkan berbagai kegiatan tanggung jawab sosialnya. “Bagi saya, internet marketing adalah gelombang besar di masa mendatang. Ini tantangan bagi eBay untuk melayani pasar,” tandas Whitman.

Lain cerita dengan situs Amazon.com. Kesuksesan toko buku online ini tidak lepas dari kepiawaian Jeff Bezos dalam membentuk dan mengelola proposition bagi pelanggan. Ada empat elemen utama dari value ini, yakni: convenience, selection, price, dan customer service. Sukses Amazoni juga didukung dengan performa ritel virtual yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat di tingkat lokal dan global secara efektif dan efisien.

Bezos membangun jejaring dengan banyak penerbit buku. Ia berhasil mengembangkan sistem selection. Katalog Amazon mampu menyediakan lebih dari 1,1 juta judul buku dengan sistem pencarian yang cepat dan mudah. Amazon memberikan harga lebih rendah ketimbang toko buku konvensional. Sepertiga dari bukunya didiskon 10% dari harga ritel. Bahkan, buku kategori best seller didiskon 30%.

Bezos tidak ingin menjadikan Amazon.com sebagai toko buku terbesar di dunia. Tapi, menjadi toko buku serba ada terbesar di dunia. Pada Maret 1999, Bezos mengumumkan Amazon siap bersaing dengan eBay. Saat ini perusahaannya sudah mempunyai 2.000 karyawan.

Untuk mendukung obsesinya menjadikan Amazon toko buku serba ada terbesar, Bezos meletakkan enam nilai dasar perusahaan yang harus dipahami oleh seluruh tim. Nilai pertama adalah obsesi pelanggan. Servis harus menjawab apa yang dibutuhkan pelanggan dengan harga semurah mungkin dan waktu secapat mungkin.

Kedua, ia menawarkan peluang kepada seluruh karyawan untuk menjadi pemegang saham di Amazon. Baginya, semua karyawan adalah pemilik perusahaan. Ketiga, semangat mengerjakan dengan cepat tanpa menunda. Keempat, kesederhanaan. Asal tahu saja, semua meja kerja terbuat dari selembar pintu dengan kaki terbuat dari besi 4x4 inci tersambung dengan besi siku. Di sana, uang tidak dihambur-hamburkan untuk dekorasi atau kemewahan.

Kelima, Bezos menerapkan standar tinggi untuk karyawan. Karyawan disaring selektif mungkin. Keenam, inovasi. Amazon.com terus memperkenalkan ide baru, sistem baru, dan penawaran baru pada pelanggannya.

Kini, Amazon.com menjadi salah satu jawara bisnis berbasis internet. Profit dan nilai sahamnya setara dengan perusahaan raksasa.

Sigit Kurniawan |berbagai sumber

Read more...

12 November 2008

Cathay Pacific Tambah Jam Terbang

Hari ini, 12 November 2008, Cathay Pacific mengumumkan akan mengoperasikan penerbangan tambahan dari Surabaya-Hongkong per 2 Desember 2008. Ini menjadikan enam penerbangan setiap minggu antara Hongkong dan Surabaya.

“Kami sangat gembira dapat melayani lebih jauh pasar di Indonesia dengan jam terbang tambahan ini. Ini sekaligus penegasan komitmen kami sebagai mitra Indonesia yang dipercaya dalam pengembangan bisnis, pariwisata, dan perdagangan,” kata Vincent Li, Country Manager Indonesia Cathay Pacific.

Dalam rangka launching penerbangan baru ini, maskapai ini menawarkan tarif spesial. Asal tahu saja, maskapai ini beroperasi di Surabaya sejak tahun 1995 dengan dua penerbangan setiap minggu. Jalur penerbangan ini diharapkan bisa menjadi jalur kerjasama bisnis antara Indonesia dan Hongkong. Sementara itu, layanan maskapai Cathay Pacific mulai ada di Jakarta sejak tahun 1969 dan Denpasar sejak tahun 1971. Ada pun tipe pesawatnya adalah Airbus 330-300.

Menurut pantauan, para penumpang kebanyakan dari kalangan pebisnis. Disusul dengan pekerja lokal yang mencari kerja di Hongkong dan penumpang lain yang ingin melanjutkan perjalanan menuju Asia Utara, Amerika Utara, dan Eropa.

Sigit Kurniawan| foto: www.anna.aero

Read more...

CDMA Siap Bertarung di 3,5 G

Kebutuhan internet sepertinya sudah menjadi kebutuhan pokok orang-orang modern. Apalagi sekarang masyarakat kita sudah mengarah pada generasi kelima, yakni mobile devices. Generasi yang memadukan antara teknologi internet dan teknologi mobile.

Selama ini, layanan internet masih dominan di jaringan GSM dengan layanan 3,5 G. Persoalan yang sering dikeluhkan konsumen speed yang melambat alias ngedrop atau bahkan putus nyambung. Nah, teknologi CDMA (Code Division Multiple Acces) sekarang menawarkan solusi. CDMA akan hadir di Indonesia dengan daya akses kencang dan diperkirakan mampu menyaingi akses generasi ketiga (3G) yang diusung oleh GSM.

Teknologi mutakhir ini bernama CDMA EV-DO (Evolution Data Only/Evolution Data Optimized). Tipe teranyarnya disebut dengan CDMA EV-DO Rev A (baca Revision A). Produk ini keluaran Qualcomm, Amerika Serikat. Sebenarnya, teknologi serupa sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 2004. Tapi, tipenya CDMA EV-DO Rev.0.

Dengan teknologi ini, pengguna bisa menikmati kecepatan akses hingga 2,4 megabit per second (Mbps) untuk mengunduh atau 153 kilobit per second (kbps) untuk mengirim atau meng-up load. Dengan kecepatan ini, teknologi ini bakal mengalahkan teknologi 3 G dari GSM.

Di negeri asalnya, Amerika, teknologi EV-DO Rev A sudah lama populer. Contohnya, e-book Amazon, Kindle, Sprint, dan sebagainya. Taiwan dan Korea Selatan sudah mulai intensif dengan teknologi ini.

Sigit Kurniawan | foto: philips.blog.com

Read more...

11 November 2008

Strategi Yahoo! Jaring Kemitraan

Yahoo! Mengumumkan beberapa peraihan strategis di Indonesia dan memperbarui kemitraan di negara dengan strategi patner of choice. “Strategi Yahoo! Versi 2.0 di Indonesia merupakan pengantaran hasil yang mampu memberikan peluang bagi pengguna internet di Indonesia,” kata Pontus Sonnerstedt, Senior Director Business Development Yahoo! Southeast Asia (Indonesia) di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta (11/11).

Pontus mengatakan kemitraan sangat penting bagi Yahoo! Sebagai titik awal bagi konsumen Indonesia. Ia meyakini meskipun dunia sekarang sedang dilanda krisis finansial baru, tapi internet akan terus berkembang. “Yang tidak melakukan investasi di sana akan jatuh di belakang. Yahoo! Indonesia bisa menjadi alternatif solusi,” katanya.

Di Indonesia, produk online-nya meliputi The Yahoo! Indonesia Front Page, Yahoo! News, Yahoo! Mail, Yahoo Search, Yahoo! Messenger, dan Yahoo! Mobile yang bisa diakses dalam Bahasa Indonesia. Pada hari ini juga, Yahoo! Merilis program Yahoo! Advantage Warnet. Dalam program ini, Yahoo! Menggandeng para pengusaha internet cafe. Ini merupakan kerjasama dengan Eways Corp dan Natnit.net GloibalCom dan Asosiasi Pengusaha Warnet (APW). "Yahoo! Advantage merealisasikan visi yang sama dengan organisasi terlibat untuk mendukung kebutuhan pengalaman internet lokal untuk konsumen sekaligus menyediakan kesempatan pertumbuhan bisnis untuk pemilik warnet di Indonesia," katanya.

Yahoo! Advantage Warnet ini dirilis menyusul keberhasilannya di Filipina dan Vietnam pada tahun 2007. Program ini tersedia dengan gratis di www.yahoo.co.id/warnet. Sampai akhir tahun ini, Yahoo! Advantage menargetkan mampu menjaring 900 warnet.

Strategi jejaring Yahoo! Lainnya terwujud dalam kemitraan dengan beberapa portal berita, seperti Detik.Com, Kompas, Antara, SCTV, KapanLagi.Com. Dengan ini, dalam rubrik News on Yahoo! Indonesia, muncul beberapa berita yang ditulis oleh media-media tersebut. Beberapa bulan ke depan, konten dari media-media tadi akan dapat diakses pada situs Yahoo! News dan tersedia juga di Yahoo! Indonesia Front Page(www.id.yahoo.com). Sigit Kurniawan


Read more...

28 Oktober 2008

Big Think Ala Schmitt

Setelah sukses mempromosikan dunia marketing melalui experiential concept, Bernd H Schmitt meluncurkan buku inspiratif berjudul “Big Think Strategy, How to Leverage Bold Ideas and Leave Small Thinking Behind” (Harvard, 2007). Kira-kira pemikiran besar apa lagi yang keluar dari otak Schmitt yang akan datang kembali ke Jakarta November 2008 ini?

Mari kita telusuri pemikiran melalui buku teranyarnya itu. Baginya, sebuah cita-cita besar membutuhkan strategi yang besar pula untuk menggapainya. Terkait dengan itu, penggagas Experiential Marketing ini mencoba menggali inspirasi Big Think tidak hanya dari berbagai praktik bisnis yang sukses, tetapi juga epos Kuda Troya, simponi Mahler, dan film Fitzcarraldo.

Dalam epos Kuda Troya, ada seorang bernama Agamemnon yang bertahun-tahun mencoba membobol tembok pertahanan kota Troya dan selalu gagal. Tapi, lain dengan Odysseus yang membuat kuda-kudaan dari kayu berukuran raksasa. Dengan kuda ini, Odysseus berhasil membobol benteng pertahanan Troya dan menaklukkannya. “Bagi saya, pelajaran Kuda Troya untuk bisnis cukup simpel. Pemimpin bisnis harus membebaskan mereka dari konsep yang melulu menaikkan hasil. Tapi, mereka harus secara benar dan kreatif menggunakan strategi besar dan eksekusi atas strategi itu,” katanya.

Big Think dibedakan dengan Small Think. Big Think adalah berpikir keluar dari jalur standar (out of the box). Schmitt menggambarkan Big Think dengan unsur-unsur: kreativitas dan perubahan, kepemimpinan visioner, ide dan tindakan berani, integrasi yang melampaui ide-ide utama, bersifat jangka panjang dan berdampak lama. Sebaliknya, Small Think terdiri dari unsur seperti: berpikir biasa dan resisten, pemikiran dangkal, tidak menyukai risiko, mentalitas tertutup, dan fokus jangka pendek.

Schmitt menyebut beberapa perusahaan raksasa yang sukses dengan strategi Big Think, misalnya General Electric (GE) dengan ikon Jeffrey Immelt, Apple dengan Steve Jobs, dan sebagainya. Immelt sadar bahwa GE tidak akan bisa tumbuh pesat tanpa inovasi dan jalan Big Think. Ia memperkenalkan konsep “Three Imagination Breakthroughs” bagi setiap manajernya. Ide ini menantang GE untuk menggenjot diri untuk menghasilkan minimal $US 100 juta. Immelt senantiasa melihat kembali ide-ide ini dan mencoba menemukan ide baru untuk bisnisnya. Ia tidak mau terperangkap pada ide-ide kesuksesan lama. Ide-ide itu pulalah yang diterjemahkan tim GE dalam tindakan.

Selanjutnya, Schmitt memamparkan enam langkah terkait dengan Big Think. Tiga langkah pertama dikategorikan dalam strategi konsep (strategy formulation), yakni mencari ide-ide baru, mengevaluasi ide-ide tersebut, dan mengubah ide-ide tersebut dalam strategi Big Think. Tiga langkah berikutnya dikategorikan dalam tahap strategi pelaksanaan (strategy implementation), yakni eksekusi atas Big Think, memimpin dengan Big Think, mengimplementasikan dan menjaga kelangsungan Big Think dalam perusahaan. Buku ini secara garis besar mengupas langkah-langkah itu dalam setiap babnya.

Dalam langkah pertama, Schmitt menegaskan bahwa untuk menemukan ide-ide baru, orang harus keluar dari pakem. Tidak melulu menganalisis pasar dan faktor kompetitif dengan pisau analisis standar (analytical toolbox) saja. Tapi, harus bisa mencari koneksi-koneksi baru. “Kita harus menemukan ide-ide yang lebih radikal lagi. Yang jelas, kita tidak bisa menemukan sumber ide hanya di lingkup perusahaan saja. Kita harus melibatkan konsumen dalam proses itu,” tegasnya.

Usai menemukan ide-ide tersebut, perlu langkah jitu dalam mengevaluasi dan menentukan ide mana yang akan kita pilih untuk dieksekusi. Schmitt mengingatkan bahwa proses pemilihan ini jangan terjebak pada proses yang biasa dibuat atau ide-ide lama yang ada di perusahaan. Tapi, lebih pada apakah ide itu mempunyai dampak radikal pada bisnis perusahaan atau tidak. Sebaiknya, ada proses pengelompokan ide, penilaian ide terkait dengan dampak pada bisnis perusahaan dan dayanya mengubah pasar, ditempatkan dalam kerangka luas dan tidak melulu menurut pertimbangan para ahli saja.

Untuk mengubah ide-ide ke dalam strategi Big Think, Schmitt menawarkan empat kuadran strategi yang terdiri dari: kemampuan organisasi atau perusahaan, peluang dan tantangan dalam jejaring bisnis, nilai customer, dan peran ekosistem market pada hidup perusahaan. Dalam hal ini, ia mengusung keutamaan simponi Mahler. “Anda sedang melantunkan ide-ide berani Anda ke dalam sebuah dinamika yang membantu Anda mencapai cita-cita Anda,” katanya.

Sementara itu, dalam mengeksekusi Big Think, Schmitt mengajak kita membebaskan diri dari cara biasa. Langkah ini membutuhkan upaya besar seperti mau memindahkan sebuah kapal besar dari tepi pantai ke puncak gunung. Upaya ini menyasar dua pihak, internal dan eksternal. Internal lebih pada upaya mengomunikasikan ide itu pada seluruh karyawan. Eksternal lebih pada upaya mengomunikasikan ide itu pada customer. “Anda harus bisa menarik perhatian customer pada ide-de berani yang Anda komunikasikan,” tandasnya.

Langkah berikutnya, Big Think membutuhkan kepemimpinan. Pemimpin yang menganut Big Think harus mempunyai wawasan luas untuk menanamkan ide berani yang menyasar pada perubahan mendasar. Mereka tidak hanya mempunyai sebuah rencana, melainkan juga agenda. Semua rencana harus tersusun sedemikian rapi, objektif, dan jelas.

Langkah terakhir adalah bagaimana mengimplementasikan dan menjaga Big Think di perusahaan. Bagi Schmitt, tantangan terbesar Big Think tidak terletak pada bagaimana membuat proyek dengan sukses, tetapi bagaimana menanamkan Big Think pada jejaring perusahaan. Ia mengajak kita untuk memberdayakan karyawan. Karyawan sebaiknya mempunyai pandangan entrepreneur, senang dengan ide-ide baru dan berani.

Buku ini menarik karena disajikan dalam bahasa populer dan mengalir. Selain itu, Schmitt juga memberi banyak contoh dengan penyampaian dialogis seperti orang yang sedang melakukan percakapan. Sebenarnya, Big Think bukanlah ide baru yang jarang kita dengar. Tapi, Schmitt mampu memberi kebaruan melalui penyampaiannya. Oleh karena itu, buku ini tetap jadi “menu bergizi” bagi siapa saja yang ingin memulai bisnis, mengembangkan perusahaan, atau mengapai cita-cita besarnya. Menurut agenda, Bernd H. Schmitt akan memberikan seminar tentang buku ini di Jakarta pada bulan November 2008 nanti. [Sigit Kurniawan]

Read more...

Metrodata Siap Garap Konvergensi Digital

Jakarta- PT Metrodata Electronics Tbk mengelar METRODATA Solutions Day dengan tema “The Convergence of Telco, Internet, Media and Entertainment” di ballroom Shangri-La Hotel, Kamis (23/8).

Metrodata menilai bahwa konvergensi digital tidak bisa ditawar lagi. Konvergensi ini didorong oleh industri Telco, Internet, Media dan Entertainment dan akan menawarkan solusi-solusi baru yang inovatif baik bagi konsumen maupun pelanggan bisnis. Ramalan bahwa mobile device akan menjadi generasi ke-5 media sudah semakin nyata. Semakin membelakangi generasi sebelumnya, yakni media cetak (generasi pertama), radio (generasi kedua), televisi (generasi ketiga), dan internet (generasi kelima).

“Melihat banyak peluang itu, kami juga sudah siap bermitra dengan para
pemain di luar industri TI untuk merealisasikan konsep mobile devices sebagai media generasi kelima,” ungkap Kusnadi Sukarja, Presiden Direktur Pt Metrodata Electronics, Tbk.

Di acara itu, hadir pula pembicara lain, yakni Direktur New Business Development Team I Korean Telecom Freetel Wi Seong Ho, Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Hasnul Suhaimi, Managing Director PT Oracle Indonesia Adi J Rusli, Managing Director SAP Indonesia Krish Datta, dan sebagainya.

“Ini era the rise of digital marketing. Kita tahu dunia IT sudah siap mendukung berbagai kompetisi bisnis, komunikasi lintas industri, market intelligence, dan supply chain evolution,” kata Adrian Anwar, Server Product Marketing Manager PT Microsoft Indonesia.

Hasnul Suhaimi menegaskan bahwa Indonesia dalam penggunakan m
obile internet ini masih ketinggalan jauh dengan Korea. Indonesia baru menempati angka 2%, sedangkan Korea 25%. Hal ini ia sampaikan dalam topik wacana seputar “convergence challenge in the Telco.” “Ke depan orang memakai handphone tanpa menggunakan telinga lagi. Cukup dengan ibu jari,” katanya.

Sementara itu, Hasnul melihat kompetisi industri seluler Indonesia berada tahap kedua. Tahap pertama, persaingan coverage. Tahap ketiga, persaingan price dan capacity driver. Tahap ketiga adalah kompetisi baik di price, capacity driver, maupun coverage.


Sementara itu, Director Korean Telecom Freetel, Wi Seong Ho mengun
gkapkan pihaknya telah menerapkan konvergensi data ke ponsel sejak beberapa tahun terakhir. Korean telecom yang merupakan operator CDMA terbesar di Korea Selatan telah menggandeng industri advertising untuk mengembangkan bisnis tersebut, tak hanya itu Korean telecom juga menggaet industri musik dalam perkembangannya. Sampai Agustus 2008, sudah ada sekitar 2,095 juta pengguna CDMA di Korea.

“Keuntungan CDMA selain mudah juga punya coverage luas, kompati
bel dengan video call, speed tinggi, dan mempunyai variasi handset dengan harga ekonomis,” papar Wi Seong Ho. [KM] Foto: Hendra O. Willyanto

Read more...

Blog, Marketer, and Democratic Marketing

In the process of developing a closer relationship with customers, some companies should provide some interactive channels. Could be imagined if a big company have no this media. There will be a gap between company and customers. Now, there are some interactive media such as public relation, call center, customer service and so forth.

But, one of contemporary media which is used rarely by some companies is blog. Blog which its emergence became a marker of the birth of citizen journalism has changed the pattern of people communication. With this medium every people can be a reporter. When the bomb exploded in London in 2005, some personal blogs reported the accident faster than conventional media like newspaper or television. This phenomenon has proved how powerful and revolutionary the blog’s effect.

Up to now blog has improved fast. Based on the report of blog searcher Technocrati, there are about 63,2 million blogs in the online world. Even there are 175 thousands new blog everyday with 1,6 million number of postings. It has proved that many people involved in this new media.

A Blog is different with a website. Blog is more interactive. In the certain case blogs have changed the mode of people relations. Include the way of doing business. We know internet has changed the word. Time and space has been compressed. There is no distance between time and space as in the previous period (Giddens, 2001). The revolution of communication carries the present. Blog also has the same character. In the business area blog has a role to keep relation between company and its customer continually. The advantage of blogs is that posts and comments are easy to reach and follow due to centralized hosting and generally structured conversation threads (see Wikipedia).

Some local companies have accessed blogs. It is called a corporate blog. For example Koran Tempo, a national newspaper in Indonesia. As a big company which runs business based on information industry Koran Tempo considers blog as a progressive and effective media of interaction and communication. Blog acts as a bridge for editorial staff and their readers. Meanwhile the traditional website is positioned as chamber of digital archives. Blog is positioned as a room of conversation. Website tends to be one way, top down, formal, rigid, and not communicative. In this blog, readers of Koran Tempo can contribute to give direct input, opinion, impression or even complain. The editorial staff can be immediately responsive. This condition is not found in the printed edition.

The corporate blog can be divided into two categories, internal blog and external blog. A internal blog generally accessed through the company’s intranet. Many blogs are also communal and allowing anyone to post to them. That blog may encourage employee participation, a sense of community, free discussion of issues, direct communication between various layers of an organization, and collective intellegence.
The external blog becomes media where company employees, teams, or spokespersons share their views. It is often used to announce new products and customer services. This blog has function to explain and clarify policies or to react on public criticism on certain issues. The marketing communication division can use it as media for press releases.

The other local companies which have blogs are Maverick, Virus Communication, and Virtual Consulting. This blog can be managed by team of marketing or public relation. Some company has found benefits of blogs. Even can jack up sales or production as which been experienced by Virtual Consulting (Koran Tempo 29/02/08).

Some international big companies also use this beneficial media. Such as Microsoft, Cisco, Kodak, Delta Airways, Google, Boeing, Ford, IBM, or Sun Microsystem.
There is one factor that influenced companies unwilling using blog. Because of the openness character of this blog, some companies are afraid of any public comments. They are worried the blog become a counterproductive media to their company. Even the complains posted on blog can be read every people all over the world.
Can not be denied that modernity offers the openness.

So, in my opinion companies be not afraid for using blogs. On the contrary the fear can be a marker of disorderliness in their products or services. Complains must be treated as special gift. And yet complains will be responded by other readers who have not same opinion. This condition can be a chance for marketers to prove their professionalism.

One more benefit of blog! Companies use it as a tool for making community of their product lovers. For example Kecap Bango, national soy bean produced by PT Unilever Indonesia. Through this blog, spokespersons of Kecap Bango can share some information to their customer. Even customers can communicate each other. Not rarely they can held a direct meeting. This moment must be used by marketer as a beneficial moment. Blogs also can be effective tools for doing word of mouth strategy.

Actually, blogs can be used as means to do democratic marketing. I use this term intentionally to illustrate how marketing can do democracy that every customers, consumers, or other stakeholders have vote to decide product’s existence. A company should concern on people as the main stakeholder. [Sigit Kurniawan]

Read more...

22 Oktober 2008

Jagoan Kurir Dunia

Masih ingat film Cast Away yang dibintangi aktor beken Tom Hanks? Dalam film itu Tom Hanks berperan sebagai Chuck Noland, seorang insinyur yang bekerja di FedEx. Intinya, film ini mengisahkan petualangan dramatis sekaligus eksotis Noland yang terdampar di pulau terpencil, setelah selamat dari kecelakaan pesawar kargo milik perusahaan kurir tersebut. Nah, film produksi Dreamworks yang bermitra 20th Century Fox itu boleh dibilang ”iklan gratis” berdurasi panjang bagi FedEx. Lebih-lebih setelah Tom Hanks dinobatkan sebagai aktor terbaik versi Golden Globe tahun 2001.

Tapi, tidak disangkal bahwa FedEx merupakan perusahaan kurir internasional yang tersohor. Ini tidak lepas dari jasa sang pendiri, Frederick W Smith. Sebagai seorang entreprenuer, Smith berani bertaruh dengan keyakinan bisnisnya. “Jika kami tidak bisa mengantarkan barang sampai ke tujuan, kami tidak perlu dibayar,” katanya. Komitmen ini selalu dikedepankan sebagai motto seluruh tim FedEx. Dengan kredo itu, Smith memulai membangun fondasi kerajaan bisnisnya yang menjadi perusahaan jasa kurir terbesar di dunia.

Smith dilahirkan pada 11 Agustus 1944 di Marks, Mississipi, Amerika Serikat (AS). Ayahnya, Frederick C Smith, adalah seorang pendiri jaringan resto Toddle House. “Ayah saya mati saat saya berumur empat tahun. Tapi, saya masih punya ibu. Mulai saat itu, saya belajar mandiri. Justru inilah yang membentuk karakter saya,” katanya dalam wawancara dengan Academy of Achievement.
Smith doyan melahap buku di masa kecilnya. Ia mengaku senang dengan pelajaran sejarah. Bahkan, sampai kini pun ia masih gandrung membaca buku bergenre sejarah. “Ada buku yang sangat menginspirasi saya. Judulnya Death Be Not Proud. Buku ini bercerita tentang seorang anak muda yang terkena kanker otak. Tapi, dia mampu bertahan hidup dengan menerima keterbatasan hidupnya,” katanya.
Smith juga tergila-gila pada pesawat terbang. Bahkan, setelah tamat dari sekolah menengah di Memphis University School, ia sudah mengantongi lisensi sebagai pilot amatir. Tapi, ia tetap melanjutkan studi ekonomi di Yale University. Lewat karya tulisnya, benih-benih usaha jasa pengiriman ini sudah terbaca.

Pada tahun 1966, ia menyabet gelar sarjana ekonomi. Tapi, keputusan Smith sangat unik. Ia memilih bergabung dengan korps marinir AS. Ia menjadi seorang pilot dan pemimpin peleton selama lima tahun. Tak akan pernah terhapus dari sejarah bahwa dirinya pernah diterjunkan di medan pertempuran Vietnam dan tercatat 200 kali terbang dalam misi itu.

“Saya belajar banyak dari pengalaman di sana. Belajar menjadi pemimpin dan mengorganisasi orang. Ini yang memperkaya kepemimpinan saya di FedEx. Di Vietnam, saya berhutang budi pada Sersan Jack Jackson dan Bapa Vince Capodano,” katanya mengenang.

Setelah puas dengan kegiatan militernya, Smith kembali ke lingkungan awalnya, dunia ekonomi bisnis. Dengan modal cukup, ia berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan perawatan pesawat terbang, Ark Aviation Sales pada tahun 1970. Tidak lama kemudian, ia berbisnis pesawat bekas. Baru pada 18 Juni 1971, Smith mengeksekusi mimpinya membangun Federal Express (FedEx). Untuk menjalankan perusahaan jasa pengiriman logistik ini, ia mengalokasi dana warisan sebesar US$ 4 juta ditambah dengan modal patungan US$ 91 juta sebagai investasi. Dalam semalam, perusahaan jasa transportasi kargo udara ini sudah melayani 186 paket dengan 14 pesawat kecil ke 25 kota yang terbentang dari Rochester, New York, sampai Florida.

FedEx pun berhasil mengirimkan tujuh paket kiriman dengan jaminan sampai ke tujuan dalam semalam. Karena jaminan ini selalu berhasil ditepati, jumlah pelanggan segera membeludak dalam waktu singkat. Rupanya komitmen pada jaminan itu menumbuhkan kepercayaan pada konsumen. Kantor FedEx semakin ramai dengan lalu lintas pengiriman barang.
Di FedEx, Smith menjadi pemimpin sekaligus presiden dan CEO yang disegani. Pada tahun 2006, Smith dinobatkan sebagai Person of the Year 2006 oleh Kamar Dagang AS-Perancis. Asal tahu saja, Smith merupakan teman satu kampus George Walter Bush dan sempat diisukan menjadi menteri pertahanan saat Bush terpilih menjadi orang nomor satu di AS.
Saat ini, FedEx harus lebih cermat dan hati-hati. Pasalnya, pemain-pemain baru mulai bermunculan dengan tawaran-tawaran yang tidak kalah menggiurkan. FedEx sekarang menguasai 44% pasar dan pemain-pemain baru itu pun belum ada yang mampu menggoyahkannya. FedEx mempunyai hampir 650 unit pesawat terbang dan 80.000 truk pengangkut.

Tiga Kunci Sukses
Ada tiga kunci sukses dalam kepemimpinan Smith, yakni: berpikir strategis, dikelilingi orang pintar, dan memiliki energi tinggi. Gaya kepemimpinannya menjadi bahan perbincangan di seminar-seminar motivasi kelas dunia. Bayangkan saja, ia memimpin sekitar 170.000 karyawan, mengirimkan barang 3 juta paket per hari dengan sekitar 650 pesawat dan puluhan ribu kendaraan lainnya. Tentu saja, pemimpin itu harus ulet, cerdas, dan mumpuni. Nah, semua syarat itu dimiliki oleh Smith.

“Saya jarang merasa stres memimpin perusahaan sebesar ini. Saya menemukan kegembiraan di sana. Bisnis adalah sebuah permainan, permainan yang agung. Saya memperkerjakan banyak orang. Iklan kami selalu lucu dan menyindir. Itu menarik,” katanya.

Frederick Smith membagi tiga rahasia sukses memimpin perusahaan sebesar FedEx. Menurut buku Lesson from the Top karangan Neff dan Citrin, Smith memahami bahwa pemimpin itu harus bersikap strategis, bermitra dengan orang-orang pintar, dan mempunyai energi hidup yang tinggi.

Seorang pemimpin strategis dalam dunia bisnis, menurutnya, harus berani menghadapi berbagai perubahan, serta menyiapkan strategi agar agar perusahaan bisa mengambil keuntungan dari perubahan itu. Karenanya, seorang pemimpin harus punya pengetahuan kuat dan berani memilah-milah beragam informasi. Bukan cuma itu, ia harus mampu menerapkannya di lapangan. Lebih baik lagi, jika ia pernah mengenyam pengalaman di berbagai level pekerjaan di perusahaan. Dengan begitu, ia benar-benar mengenal seluk-beluk perusahaan. Tidak ketinggalan, Smith menegaskan juga bahwa seorang pemimpin harus punyai visi yang jelas. Sebab, strategi yang disusun harus selalu mengarah pada visi yang ditentukan.

Seorang pemimpin bukanlah seorang single fighter. Ia membutuhkan kemitraan dengan banyak orang. Bagi Smith, kesuksesan terjadi bila seorang pemimpin mampu bermitra dengan orang-orang cerdas dan bijak. Dengan bekerja sama dengan orang-orang yang punya banyak kelebihan ini, ia lebih mudah menjalankan bisnis sesuai dengan visinya. Bila timnya terdiri dari orang-orang macam itu, dirinya bisa lebih fokus pada masa depan perusahaan dengan mengantisipasi perubahan sekaligus mengkalkukasi risiko yang bakal terjadi.

Seorang pemimpin harus memiliki energi hidup yang tinggi. Ia bersikap optimis pada masa depan bisnisnya. Asal tahu saja, Smith menegaskan energi itu menular. Seorang pemimpin yang optimis akan menularkan sikap optimis itu pada seluruh timnya. Sebaliknya, seorang pemimpin yang pesimis dan tidak punya visi ke depan akan menularkan energi negatif pada timnya dan lebih berakibat buruk pada kinerja perusahaan. “Dalam soal ini, saya berutang pada guru futbol saya. Ketekunan itu merupakan kunci untuk meraih apa yang diinginkan,” katanya.

Smith memberi contoh konkrit. Ketika para pilot FedEx akan mengancam akan melakukan aksi mogok, ia bergerak cekatan dengan komunikasi dialogis, komit pada disiplin, dan mendapatkan dukungan karyawan lain. Akibatnya, pemogokan urung dilakukan dan kerja perusahaan berjalan normal.

Tiga kunci kepemimpinan itulah yang membuat Smith mampu memimpin dan membesarkan FedEx seperti sekarang ini.

Read more...

05 Mei 2008

Bedah Majalah Marketing

Membaca Prospek 2009


Banyak kalangan memperkirakan prospek tahun 2009 bagi dunia bisnis menurun. Bahkan, ada beberapa opini yang mengatakan pada tahun menjadi titik kulminasi dari krisis global yang dimulai dari daratan Amerika itu. Apalagi sudah banyak perusahaan besar merampingkan bisnisnya dengan mem-PHK ribuan karyawannya. Tapi, bagaimana prediksi pada kondisi Indonesia tahun depan?


Pada edisi Desember 2008, Majalah Marketing mencoba mengupas prediksi dari berbagai sektor industri. A. Tony Prasetiantono, salah satu narasumber majalah ini, mengatakan bahwa kondisi sekarang ini belum sampai membuat damage confidence. Baginya, yang terlihat adalah penurunan nilai mata uang asing dan naiknya suku bunga bank. Sektor konsumsi domestik akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan. Kendati kegiatan ekspor melambat akibat turunnya permintaan dari luar negeri. Tony tetap optimistis pada kondisi tahun depan karena tidak akan ada hal-hal yang menganggu kecepatan ekonomi 2009 selama kondisi politik tetap kondusif.


Sementara itu, Yuswohady, Chief Executive of MarkPlus, mengatakan karena berbagai keadaan tak menentu, seperti krisis global, fluktuasi harga minyak, fluktuasi harga komoditas, krisis suplai makanan, dan Pemilu, maka lengkaplah tahun 2009 sebagai tahun penuh ranjau, tahun penuh tantangan, tahun penuh ketidakpastian, tahun penuh gonjang-ganjing: “year of living dengerously”. Ia mengajak para marketer tetap optimis dengan 150% lebih waspada, 150% lebih kreatif, 150% lebih ngotot, 150% lebih smart, dan 150% lebih tahan banting. “Dengan itu, kita akan survive!” katanya.


Darmadi Durianto, pengamat pemasaran dari Vadriv Consulting melihat tahun depan pasar elektronik dan sepeda motor akan menciut. Peta persaingan tahun depan lebih didominasi oleh perang harga. Ini dilatari karena harga bahan baku naik tajam dan daya beli masyarakat semakin melemah.


Dunia periklanan pun terimbas krisis. Pada tahun 2009, belanja iklan diperkirakan menurun meskipun belanja iklan politik akibat Pemilu tetap ramai. Pengamat periklanan Irfan Ramli mengatakan para pelaku industri iklan dan pemasang iklan akan melirik ke media digital. “Kondisi ini yang terus berlanjut di tahun depan ini akan mengubah strategi periklanan. Ini akan terasa di kota-kota besar. Tren yang akan muncul tahun depan adalah penggunaan digital medium yang berbasis internet,” katanya.


Para pelaku bisnis properti tahun depan pun harus mengencangkan ikat pinggang. Kekuatan strategi pemasaran yang diterapkan pengembang dipertaruhkan. Pengembang tidak bisa lagi hanya memberikan diskon, diskon, dan diskon. Lebih dari itu, pengembang dipaksa untuk lebih berbeda dan berani. Kuncinya, permodalannya harus kuat. “Kalau tidak kuat, ya jangan jadi pengembang,” tegas Panangian.


Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia itu, pengembang saat ini harus benar-benar cerdas. Selling tanpa strategi diferensiasi akan mati. Sebab, kini konsumen berpikir 10 kali untuk membeli properti. Konsumen berpendapat, lebih baik menunggu suku bunga kembali ke 9% ketimbang membayar mahal.


Pasar otomotif pun akan lesu. Pasar sepeda motor diperkirakan akan anjlok 30-40%. Konsumen cenderung akan memilih kategori low price karena terganjal oleh daya belinya. Selain daya beli, faktor yang layak diperhatikan adalah kondisi pasar ekspor khususnya ke Amerika dan Eropa. Kondisi di luar negeri cukup memprihatinkan karena ada resesi. Di sana, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara massal sudah terjadi. Contohnya, industri tekstil, sepatu, dan sebagainya.


Dengan adanya krisis keuangan ini, likuiditas keuangan menjadi sangat terbatas. Hal tersebut menyebabkan leasing company yang selama ini berkontribusi 76% dari penjualan sepeda motor mempunyai peluang yang semakin sempit.


“Alasannya, banyak bank yang terkena imbas. Padahal perusahaan leasing ini sangat tergantung pada bank. Mau jual obligasi, tapi siapa yang beli? Likuiditas terbatas dan bunganya naik sekitar 6-8%. Kuncinya, ada di leasing company,” kata Wakil Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Manufacturing Dyonisius Beti.


Industri IT (Information Technology) di tahun-tahun sekarang semakin convergence. Tidak hanya sebatas teknologi komputer dan telekomunikasi saja, tapi juga terkait dengan industri-industri lain. Itulah pernyataan Profesor Richardus Eko Indrajit mengenai kondisi industri ini.


“Mungkin istilah IT akan hilang karena yang lebih sering dipakai sekarang adalah Business Technology. Bisnis apa pun akan merangkul teknologi digital untuk meng-enhance bisnisnya. Ada konvergensi TI dengan sektor industri manapun, khususnya sektor jasa,” katanya.


Meski begitu, industri pangan akan tetap menjadi prioritas utama. Sektor industri makanan dan minuman (food and beverages) akan tetap tumbuh pada tahun 2009. Meskipun terjadi krisis keuangan global, pangan akan tetap menjadi prioritas utama di setiap negara. Inilah yang diyakini oleh Thomas Darmawan, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi).


Menurutnya, dalam menghadapi krisis, masyarakat tidak akan mengorbankan sektor pangan. Tapi, mereka akan mengurangi anggaran untuk sektor yang lain, misalnya sektor elektronik dan kebutuhan gaya hidup. “Toko-toko elektronik akan menyikapi dengan mengecilkan space. Sementara orang akan menunda atau memiliki produk yang lebih fungsional dengan harga terjangkau daripada produk yang memenuhi kebutuhan gaya hidup,” katanya.


Selebihnya bisa dibaca di edisi cetaknya. Untuk mengetahui lebih lanjut dari, silakan hubungi alamat kontak berikut:


Majalah Marketing
Tlp. 021-45857040
021-70309777 (bagian sirkulasi)
Email: redaksi@marketing.co.id
Website: www.marketing.co.id

Selamat membaca!

Read more...

Far Eastern Economic Review

By Hugo Restall

Posted November 7, 2008

In 2005, a notable debate was taking place in Beijing policy circles about how to rebalance the Chinese economy away from reliance on exports and in favor of greater domestic consumption. Ultimately, however, this initiative didn’t go very far. And it’s no wonder. Governments generally stick with what is working at the moment, and nobody can deny that an export orientation served China well for a long time, just as it did the other East Asian “miracles.”

The present financial crisis has put that debate in a new light. What some referred to as “unsustainable growth” is now evaporating. The region may be sitting on large reserves of foreign exchange. But it is finding that while these are good insurance against a balance of payments crisis in the region, they are not much help when the victim is the buyer of last resort itself, the United States.

Since World War II, the world has enjoyed the “deficits without tears,” as a French official once dubbed the perpetual U.S. trade imbalance. He was refering to America’s ability, due to the dollar’s status as the world’s reserve currency, to finance its imports with an inexhaustible stream of inward investment.

But now there are tears, and as we went to press it was becoming increasingly clear that many of them will be in Asia. This might seem unfair given that Asians put their financial houses in better order after the 1997 regional crisis. But putting aside who is to blame, the codependent trade relationship with the U.S. has become dysfunctional.

The election of Barack Obama as America’s next president will bring an opportunity to re-examine the region’s relationship with the superpower. It would be disastrous if the U.S. were to appease domestic interest groups by resorting to protectionism. But at the same time there needs to be a discussion about how to put trade on a sustainable track.
As Brian Klein writes in this issue, however, crisis management will probably claim the new administration’s attention first. From North Korea to Pakistan, there is always a learning curve at the beginning of a presidential term.

Paul Wolfowitz sounds a hopeful note that in the Taiwan Strait the U.S. has an opportunity to build on the foundation laid for economic cooperation by President Ma Ying-jeou. That will create the trust necessary to make political progress possible at a later stage. But the U.S. still needs to play a delicate balancing act of ensuring Taiwan’s ability to defend itself without getting drawn into efforts by either side to change the status quo.

Read more...

Integrated Marketing Communications (IMC)


Memadukan Seluruh Amunisi

Kalau kita menonton film-film laga kolosal, seperti Troy atau 10.000 BC, alurnya bisa ditebak. Awalnya, cerita dimenangkan oleh pihak musuh. Baru setelah seluruh suku atau komponen bersatu, pihak lakon berhasil memenangi pertempuran. Begitu pula dalam ajang olahraga seperti World Cup atau Olimpiade kemarin, skuad bakal menajdi juara bila memiliki kerja sama tim dan menyatukan seluruh kemampuan pemain. Istilahnya: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Nah, seperti itu jugalah analog dari konsep Intergrated Marketing Communications (IMC). Segala kekuatan harus diintegrasikan menjadi satu kekuatan besar. Soal konsep IMC, kita layak berterimakasih pada guru pemasaran Don Schultz. Pasalnya, dialah yang memopulerkan konsep komunikasi pemasaran kontemporer tersebut.

Sistem terpadu ini ingin menjawab persoalan di dunia pemasaran di mana ada kecenderungan perusahaan memisahkan strategi pemasaran dengan strategi komunikasi. Keduanya bekerja sendiri-sendiri. Schultz melihat bidang kerja komunikasi dan pemasaran semakin menyatu. Baginya, keduanya bagaikan dua sisi uang logam. Komunikasi adalah pemasaran sekaligus pemasaran adalah komunikasi. Ini sudah menjadi ngetren sejak tahun 1990-an.

Lalu, apa sebenarnya IMC itu? IMC merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuannya tidak lain untuk memengaruhi sekaligus memberi efek langsung pada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. Dengan IMC, marketer melihat apa pun yang bisa menghubungkan pelanggan maupun calon pelanggan dengan produk atau jasa merek sebagai cara potensial. Marketer akan menggunakan semua jalur komunikasi untuk membangun serta memperkokoh relasi dengan pelanggan.

Karakter IMC
Karakter pertama IMC adalah kekuatannya memengaruhi perilaku. Dalam hal ini, komunikasi pemasaran tidak hanya memengaruhi kesadaran merek ataupun “memperbaiki” perilaku konsumen pada merek saja. Tapi, IMC membutuhkan upaya komunikasi yang ditujukan untuk mendongkrak bentuk respon dari perilaku konsumen. Dengan kata lain, tujuannya menggerakkan orang untuk bertindak. Sebelum membeli sebuah produk, konsumen disadarkan lebih dulu akan keberadaan merek bersama benefitnya. Lalu, dipengaruhi agar muncul sikap mendukung merek itu.

Menurut Handi Irawan D, IMC merupakan suatu proses bisnis yang menggunakan perencanaan, eksekusi, koordinasi dan pengukuran dari semua aktivitas komunikasi yang ditujukan kepada konsumen, karyawan dan pihak-pihak terkait lainnya. Tujuan IMC adalah mendapatkan tingkat return (ROI) yang terbaik dan merek yang kuat dan bernilai tinggi.

Mari kita lihat kasus industri dairy di Amerika Serikat. Pada dekade 1980–1990-an, industri ini “membujuk” konsumen dengan kampanye bahwa susu adalah minuman yang menyehatkan tubuh. Riset dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menangkap pesan itu. Mereka menganggap susu adalah minuman penuh nutrisi. Tapi, muncul masalah ketika konsumsi akan susu justru menurun lebih dari 14%. Konsumen punya sikap positif pada susu, namun mereka tidak meminumnya sebanyak yang dulunya mereka minum.

Kampanye baru dimulai dengan tema “Milk. Help Yourself”. Iklan ini didesain khusus untuk memengaruhi perilaku konsumen agar lebih sering minum susu. Biro iklan J Walter Thompson merilis delapan iklan berbeda yang menyajikan susu bersama makanan dan camilan berlainan sepanjang hari. Pada pagi hari, susu cocok didampingi dengan kue waffle dengan sirup kental di atasnya serta adonan roti baru. Pada malam hari, sajiannya pun berbeda.

Kedua, IMC selalu berawal dari pelanggan dan calon pelanggan. Mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi penting di sini. Katakanlah ada unsur demokratis di sini di mana perusahaan tidak lagi mengomunikasikan produk dan merek secara satu arah. Model ini menghindari pendekatan inside-out (dari perusahaan ke pelanggan). Sebaliknya, menggunakan pendekatan outside-in (dari pelanggan ke perusahaan). Pendekatan outside-in menjadi cara terbaik dalam melayani kebutuhan informasi pelanggan dan memotivasi mereka untuk membeli sebuah merek. Dengan model ini, marketer akan menggunakan cara komunikasi yang paling sesuai dengan pelanggan.

Ketiga, IMC memanfaatkan seluruh bentuk dan media komunikasi. Marketer sebaiknya memanfaatkan segala media komunikasi untuk menghubungkan perusahaan dengan pelanggan. Catatannya, media itu merupakan yang terbaik dalam menjangkau pelanggan. Contohnya, ada merek agar-agar Jell-O yang dikomunikasikan melalui produk lain berupa pisang dengan gambar tempel.

Ada lagi cara unik Smirnoff ketika memperkenalkan merek vodka premiumnya Smirnoff Black. Smirnoff mengkampanyekan vodkanya dengan mendramatisir relasi dengan Rusia. Ia menggunakan BFG Communications dari Hilton Head di Carolina Selatan untuk mengeksekusi idenya. BFG pun membuat sebuah produksi terdiri dari empat aktor yang berpakaian ala Rusia abad ke-19 sebagai czar, czarina, Rasputin, dan balerina. Mereka pergi ke bar dan menghibur pengunjung bar agar timbul perhatian dan antusiasme pada merek Smirnoff Black. Dari sini, terlihat bahwa marketer tidak terbelenggu oleh bentuk-bentuk komunikasi standar. Mereka dituntut kreatif memadukan media-media komunikasi menjadi sarana kampanye efektif.

Keempat, IMC menciptakan sinergi. Sinergi adalah kata yang sangat kuat dalam model IMC ini. Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi penjualan, event, dan sebagainya) harus mempunyai satu suara. Koordinasi menjadi hal fundamental dalam menciptakan citra merek yang kuat dan utuh serta membuat konsumen melakukan aksi. Kegagalan melakukan koordinasi justru menimbulkan hal kontraproduktif pada merek.

Seorang wakil presiden pemasaran Nabisco mengamini pentingnya bicara dalam satu suara. Ia mengintegrasikan semua kontak komunikasi pemasaran untuk merek kue Oreo dari Nabisco. Ia menandaskan bahwa ketika konsumen melihat Oreo, merek akan melihat pesan yang sama. Inkonsistensi pernah dialami Pepsi-Cola yang berlogo warna merah-putih-biru. Tapi, toko grosir di Hamburg menggunakan warna merah dan sebuah restoran di Shanghai menonjolkan warna putih. Lantaran efek negatif, pada awal tahun 1996 Pepsi-Cola meluncurkan Proyek Biru dengan logo didominasi warna biru.

Kelima, menjalin hubungan. Di sini, diyakini bahwa komunikasi pemasaran yang sukses membutuhkan terjalinnya relasi antara merek dengan pelanggannya. Pembinaan relasi adalah kunci pemasaran modern. IMC menjadi kunci terjalinnya relasi tersebut. Membangun loyalitas merek menjadi penting. Perusahaan menyadari lebih menguntungkan tetap menjalin dan mempertahankan relasi dengan pelanggan yang sudah ada ketimbang mencari pelanggan baru.

Pemicu IMC
Handi Irawan menengarai ada tiga pemicu penggunaan IMC ini. Pertama, merek. Menurutnya, merek merupakan ekuitas yang terpenting. IMC menjadi senjata utama untuk membangun persepsi, citra dan merek yang kuat dimana konsumen memiliki hubungan yang kuat dengan sebuah merek.

Pemicu kedua adalah perkembangan teknologi. Perkembangan pesat peranti teknologi komunikasi menjadikan IMC mutlak perlu menggunakan media yang ada. Perusahaan seharusnya mengalokasikan bujet untuk investasi alat-alat mutakhir ini.

Ketiga adalah faktor globalisasi. Globalisasi telah menjadikan komunikasi antarpribadi menjadi tidak terbatas (borderless). Komunikasi melalui YouTube mampu menjangkau konsumen di semua negara. Komunikasi dengan call center, mampu menjangkau konsumen di Amerika walaupun secara fisik, terletak di India. Globalisasi ini juga mendorong agar strategi komunikasi relatif mempunyai pesan yang sama untuk konsumen di seluruh dunia.

Menurut Handi, ketiga pemicu ini akhirnya menciptakan harapan baru bagi konsumen dalam berkomunikasi. Konsumen tidak ingin berkomunikasi hanya satu arah. Mereka bosan dengan komunikasi yang berbentuk iklan di mana mereka menjadi obyek yang pasif. Mereka lebih senang untuk dilibatkan dan merasa lebih percaya bila produsen juga mendengarkan mereka.

Dalam praktik, pada intinya, marketer harus cerdas dalam memadukan seluruh komponen marketing dengan berbagai peranti teknologi. Handi mengingatkan bahwa IMC bukanlah pekerjaan departemen komunikasi. Tapi, IMC sudah menjadi tanggung jawab tingkat direktur atau pemimpin perusahaan.

Sigit Kurniawan | Majalah Marketing edisi November 2008| Foto: www.qorvis.com

Read more...

Konsep Lama Perlu, Tapi Tak Mencukupi

Persoalannya sekarang tidak lagi terletak pada market. Tapi, lebih pada people.

Orang bijak berkata, bacalah tanda-tanda zaman bila ingin tetap hidup. Demikian pula bagi seorang marketer. Dia harus mempunyai cara pandang yang dinamis karena pasar juga dinamis. Dunia kini bergerak kian cepat. Anthony Giddens menyebutnya sebagai a run away world, dunia yang tunggang langgang.

Dalam kondisi seperti itu, pakar manajemen Rhenald Kasali mengingatkan para marketer agar bisa memahami zaman. Ia menegaskan bahwa para marketer tidak boleh mendewakan konsep-konsep marketing lama. “Banyak ilmu yang kita dewakan. That is necessary, but not sufficient. Konsep-konsep lama tetap perlu, tapi tidak mencukupi,” katanya.

Rhenald mengaku belum melihat ada sesuatu yang baru dalam marketing. Kondisinya masih stagnan. Menurutnya, ada sesuatu yang harus diperhatikan oleh banyak marketer, yakni perubahan (change). Menyitir pendapat Jagdish Sheth, penulis buku Self Destructive Habits of Companies, Rhenald mengatakan, kini bukan zamannya lagi fokus pada the way to deliver message atau the way to manipulate consumers. “Sekarang ini, marketing problemnya bukan terletak pada customer. Tapi, ada di dalam corporate atau pelakunya.”

Ia menuturkan, makin besar perusahaan, makin hierarkis pula perusahaan itu. Perusahaan yang makin hierarkis cenderung membuat orang-orang di perusahaan itu sulit membaca perubahan pasar. Apalagi konteks zaman ini sudah serba digital. “Contohnya, penguasa energi terbesar sekarang tidak lagi Exxon Mobil dan sebagainya. Tapi, investment bankers yang memperlakukan minyak sebagai bursa komoditi atau seperti harga saham,” katanya.

Bagaimana kita mengendus semua ini? Menurut Rhenald, marketer butuh cara-cara berpikir baru. Jagdish Sheth mendeskripsikan adanya tujuh penyakit yang menghancurkan perusahaan-perusahaan bagus. Pertama, the “cocoon” of denial. Orang menemukan, mengakui, menghitung, dan malah meninggalkannya. Kedua, the stigma of arrogance. Orang-orang arogan cenderung tidak mau belajar lagi. Ketiga, comfort zone. Orang lebih senang berdiam diri bila sudah memasuki tahap mapan.

Keempat, masalah teritori (the territorial impulse). Orang merasa menguasai teritorinya sehingga orang lain tidak boleh masuk. Kelima, obsesi terhadap volume (the obsession of volume). Orang terobsesi memiliki sebanyak-banyaknya dan menguasai seluas-luasnya. Termasuk menguasai negara, pulau, dan dunia. “Jadi, larinya ke market share dan menjadi pelaku yang dominan di pasar. Padahal bukan pelaku dominan dari segi kekuasaan, tapi dari segi keuntungan,” katanya.

Keenam, ketergantungan pada kompetensi yang sudah tidak cocok lagi dengan zaman (the curse of incumbency). Misalnya, dulu negara komunis mempunyai orang-orang yang tergantung pada cara berpikir komunis. Sekarang yang terjadi sudah serba paradoksal. Partainya komunis, tapi cara berpikir orang-orangnya kapitalis. Jadi, kita tidak bisa mengandalkan kemampuan-kemampuan kita di masa lalu. Ketujuh, ada kecenderungan orang melihat pasar secara sempit (the threat of myopia).

Jagdish Sheth melihat semua persoalan itu bukan pada market, tapi pada resources. Menurut Rhenald, hal ini yang menyebabkan ilmu marketing terbagi dua, yakni market base dan resource base. Perkembangan sekarang yang paling maju ada di resource base. “Jadi, resource kitalah yang bermasalah. Bukan di market. Bisa jadi, kalau dibikin dalam satu atau dua buah kata, konsep marketing sekarang adalah marketing change. Kurang lebih seperti itu. Itu yang saya lihat,” tandasnya.

Rhenald melihat konsep lama marketing masih mengarah pada pasar, seperti experiential marketing, blue ocean, dan sebagainya. “Nah, sekarang orang masuk ke resource base. Pentingnya kita menata kembali manusia dan organisasi dalam mengepung pasar,” katanya.

Oleh karena itu, langkah yang perlu diambil oleh marketer adalah me-redesign organisasi dan men-training kembali SDM atau membuat generasi baru dalam industri. “Pada kenyataannya, generasi baru masuk dengan nilai dan cara berpikir yang sama sekali berbeda dengan yang sudah ada,” katanya.

Market sekarang sudah terbelah menjadi dua, yakni old generation dan native digital. Sebutan native digital mengacu pada generasi muda sekarang yang kehidupannya dikepung oleh produk dan sistem digital. Rhenald menyebut dengan generasi yang dilahirkan dari mouse di tangan kanannya. Dunia generasi ini ditandai dengan proses super cepat. “Mereka sudah tidak bisa dibohongi lagi dengan brand. Mereka dunianya sudah tidak terkotak dengan dunia mereka. Mereka sudah menembus berbagai garis batas dan serba cepat. Mainan mereka juga berbeda. Mainan mereka semua serba digital,” imbuhnya.

Untuk menjembatani antargenerasi, Rhenald mengajak perusahaan untuk melibatkan banyak orang muda dalam perusahaannya. “Intinya, persoalan marketing sekarang tidak lagi terletak di pasar. Tapi, how to take the people. Merombak jajaran birokrasi kita jauh lebih penting daripada kita membuat iklan di televisi,” tandasnya.

Sigit Kurniawan | Majalah Marketing Oktober 2008 | Foto:nina-tara.blogspot.com

Read more...

Kontak Redaksi

Hello Marketer

Office : Jl. H. Solihun no. 23 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Email : marketer.marketer@gmail.com
Yahoo Messenger : jazz_oke@yahoo.com

Read more...

Kedainya "Mengalir" Sampai Jauh

Dengan mengusung bendera lokal, Bengawan Solo Coffee nekat “bertempur” di bisnis kopi yang ramai dengan merek-merek asing. Kini, sudah ada permintaan waralaba dari mancanegara. Seperti apa sepak terjangnya?

Bisnis kopi kian marak. Di berbagai sudut jalan di kota besar terserak kedai-kedai kopi dengan beragam merek. Baik merek lokal maupun internasional. Eksistensi kopi seolah abadi. Di setiap peradaban, kopi selalu ada.

Di tengah bisingnya bisnis kopi itulah, Ipeng Widjodjo memberanikan diri memutar roda bisnis dengan bendera Bengawan Solo Coffee pada 18 Mei 2003. “Secara tidak sengaja, kami hadir satu tahun satu hari setelah kedai Starbucks dibuka pertama kali di Indonesia,” katanya.

Kecintaannya pada kopi tidaklah turun dari langit. Ipeng memang dibesarkan dari keluarga juragan kopi. Orangtuanya berbisnis kopi, tepatnya trading biji kopi, selama 30 tahunan. Dari merekalah Ipeng memperoleh pengetahuan tentang kopi. Namun, pada awal tahun 2000, harga kopi dunia anjlok. Marjin menjadi tipis sekali.

“Menyikapi hal itu, kami memikirkan konsep bisnis kopi yang lebih menguntungkan. Akhirnya, kami memilih konsep bisnis kedai kopi. Pertimbangannya, kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup zaman sekarang. Ada banyak nilai tambah dan marjinnya lumayan,” lanjutnya.

Merek “Bengawan Solo” sengaja dipilih karena Ipeng ingin mengibarkan bendera lokal. Dengan merek ini, Ipeng optimis kedai kopinya bakal mudah dikenali orang. Apalagi masih jarang ada merek lokal di bisnis ini. Selain itu, nama Bengawan Solo sudah populer di banyak kalangan, termasuk mancanegara, karena lagu Bengawan Solo gubahan seniman Gesang. Bahkan, pada awal-awal tahun mereka berdiri, sudah ada stasiun televisi swasta Jepang meliput kedainya. “Seperti halnya Sungai Bengawan Solo yang mengalir panjang, kami berharap Bengawan Solo Coffee mempunyai masa depan yang panjang dan bisa dikenal di mana pun,” katanya.

Kedai pertama dibuka di ITC Kuningan. Kedai tersebut merupakan langkah awal sebelum menjajaki wilayah mal. “Kebetulan mal ini sangat ramai. Lebih-lebih kopi sudah sangat populer. Kami bermain di harga dan cita rasa. Kami optimis keduanya sangat mengena,” imbuhnya.

Namun, tidak ada usaha bisnis yang berjalan lurus tanpa mengenyam suka dan duka dalam menembus pasar. Apalagi pasarnya sudah disesaki banyak pemain. “Pertama kali, kami berusaha meyakinkan customer untuk mencoba sendiri. Ini sebuah coffee brand yang dibilang baru. Kami mengusahakan setiap kedai ramai dengan pengunjung. Orang lebih terdorong mampir kalau kedai itu dipadati pengunjung. Maka, initial opening kami bikin semeriah mungkin,” ungkap Ipeng.

Dari sisi produk, Bengawan Solo hampir sama dengan international coffee shop lainnya. Sebagian besar berbasiskan espresso yang tersaji dalam bentuk panas dan dingin dalam beragam gaya. Sebut saja Black Coffee, Vietnamese Milk Coffee, Cappucino, Caramel Latte, Hazelnut Latte, Vanila Coffee. Ada juga dalam bentuk ice blended, seperti Original Ice Poppucinno, Cookie’n cream, Brandy Cookies, dan menu favorit The Ultimate.

Selain itu, Bengawan Solo menyediakan camilan yang cocok sebagai pendamping kopi. Camilannya berupa camilan khas Jawa, seperti pisang goreng, singkong goreng, risoles, lemper, dan sebagainya. Tak hanya itu, disediakan pula minuman non-kopi, seperti Hot Chocolate, Hot Green Tea, OJ Shake, Wild Strawberry, Iced Tea Tarriikk, dan sebagainya.

“Inilah pembeda dengan kedai-kedai kopi lainnya. Target kami adalah anak-anak muda yang sudah masuk ke lifestyle. Variasi-variasi kami butuhkan untuk mendukung lidah orang muda yang doyan variasi rasa,” katanya.

Dua tahun silam, Ipeng menggandeng patner untuk menggodog konsep hospitalitas. Baginya, kedai kopi harus senyaman mungkin dan punya multifungsi. Tidak hanya untuk minum, tetapi juga untuk kencan, rendezvous, jeda dari kesibukan, atau lobi-lobi bisnis dalam suasana santai. Konsep hospitalitas mereka terjemahkan dalam bentuk servis yang memuaskan.

Soal SDM, Ipeng memasang standar minimal lulusan SMA, menjalani training selama lima hari untuk basic knowledge, berlanjut training satu minggu untuk praktik. Sampai sekarang, Ipeng berhasil merekrut karyawan sekitar 90 orang.

Salah satu kekhasan dari Bengawan Solo adalah paduan antara aksen modern dan tradisional. Ipeng mencoba mengawinkan dua sisi yang sering bertolakbelakang ini. Hasilnya justru sebuah kedai elegan di mana konsumen masih bisa menikmati gaya hidup modern dengan sentuhan-sentuhan tradisional. Sentuhan tradisional dibuat dengan desain interior kedai seperti ornamen batik, suvenir-suvenir khas Jawa, dan sebagainya. Lagu-lagu pengiring pun dipilih yang mewakili dua nuansa tersebut. Misalnya keroncong populer, jazz tradisional, dan instrumental yang cocok dengan target pasar.

“Fokus kami tetaplah high quality product dan good service. Kami sudah punya pengalaman puluhan tahun soal kopi. Mulai dari pemilihan biji kopi sampai seleksi biji kopi masih kami lakukan sendiri. Karena kopi ini adalah kopi lokal, kami menyuguhkannya dengan harga ekonomis bagi semua kalangan masyarakat,” katanya.
Ipeng berharap semua kalangan masyarakat Indonesia bisa masuk dalam gaya hidup kopi ini. Meski orang muda tetap menjadi sasaran utama. Bahan bakunya diperoleh dari negeri sendiri dengan tipe kopi Arabica yang terbaik. Sedang, dari sisi kemasan, Bengawan Solo Coffee memakai kemasan internasional yang bisa langsung dibawa pergi dan aman bagi kesehatan.


Sebagai bagian dari strategi harga, Ipeng menerapkan konsep terjangkau. Boleh dibilang hampir setengah dari harga produk di kedai kopi merek internasional. Range harganya dimulai dari Rp 7.500-23.500. “Hal ini didukung karena banyak proses swadaya. Dari pemilihan biji kopi sampai mengolahnya menjadi minuman. Ini sangat mengirit ongkos. Kami mengusung one pricing policy untuk semua mal. Tidak ada pengkelasan harga,” katanya. Setelah tiga bulan berjalan, harga yang sudah ditetapkan dilihat cukup masuk di konsumen kelas menengah.

Dalam hal promosi, Ipeng masih mengandalkan word of mouth, marketing dari mulut ke mulut. Selain itu, Bengawan Solo juga menggelar kerja sama dengan provider Esia untuk mengadakan SMS blast. Ada juga kartu poin dan baru digodog kembali agar customer mendapatkan lebih banyak lagi benefit. Kemitraan dengan perusahaan lain pun terus ia lakukan.

Alhasil, volume pengunjungnya relatif bagus. Untuk weekdays, Bengawan Solo Coffee bisa menjual rata-rata 75 cups. Untuk weekend bisa tiga kali lipatnya. Kedai paling ramai saat ini ada di Kelapa Gading dan Summarecon Mal Serpong.

Sampai September 2007, Bengawan Solo Coffee sudah mempunyai 33 kedai, tersebar paling banyak di Jakarta, menyusul Yogjakarta dan Medan. Ukuran kedai dibedakan dalam tiga konsep, yakni push cart (di pusat keramaian), island (tempatnya lebih besar tapi cukup limited), dan cafe (lebih luas). Masing-masing konsep dieksekusi sesuai kondisi tempat. Di tahun-tahun mendatang, Ipeng berancang-ancang melebarkan sayap bisnisnya di berbagai kota besar lainnya.

Menghadapi kompetisi bisnis kedai kopi yang ketat ini, Ipeng menyikapinya dengan bermain pada strategi harga, pengolahan produk, dan pemilihan lokasi. “Kami berusaha teliti untuk memilih lokasi. Kami memilih lokasi yang terbuka, mudah dijangkau, dan kelihatan,” cetusnya.

Ipeng masih punya mimpi menjadikan kedai kopinya sepopuler Starbucks. “Mereka di satu jalanan, mampu mendirikan lima atau sepuluh kedai sekalipun. Itu tidak masalah. Memang, di setiap sudut jalanan, kami melihat potensi pasar sendiri-sendiri,” katanya.

Ia semakin yakin karena sampai sekarang sudah ada permintaan waralaba dari Australia, Malaysia, dan China. Untuk sementara, Ipeng belum mau mewaralabakan kedai kopinya. Ia masih memfokuskan diri untuk memperkuat merek dengan meningkatkan produk, menambah jumlah kedai, dan mengembangkan servis pada customer. Tahun ini, Ipeng menargetkan akan menambah kedainya menjadi 38 buah. “Semoga nantinya, kami mampu mengekspor kopi ke mancanegara!” tandasnya optimis.

Sigit Kurniawan| Majalah Marketing, Oktober 2007| Foto: Flickr.com

Read more...

Quote of Philip Kotler

"Marketing is not the art of finding clever ways to dispose of what you make. It is the art of creating genuine customer value."

[Philip Kotler]

Bus Disulap Jadi Rumah Berjalan

Image Hosted by ImageShack.us
Seperti apakah bila bus, moda transportasi yang jamak digunakan orang, disulap menjadi 'rumah atau kantor' berjalan?read more

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP