28 Oktober 2008

Big Think Ala Schmitt

Setelah sukses mempromosikan dunia marketing melalui experiential concept, Bernd H Schmitt meluncurkan buku inspiratif berjudul “Big Think Strategy, How to Leverage Bold Ideas and Leave Small Thinking Behind” (Harvard, 2007). Kira-kira pemikiran besar apa lagi yang keluar dari otak Schmitt yang akan datang kembali ke Jakarta November 2008 ini?

Mari kita telusuri pemikiran melalui buku teranyarnya itu. Baginya, sebuah cita-cita besar membutuhkan strategi yang besar pula untuk menggapainya. Terkait dengan itu, penggagas Experiential Marketing ini mencoba menggali inspirasi Big Think tidak hanya dari berbagai praktik bisnis yang sukses, tetapi juga epos Kuda Troya, simponi Mahler, dan film Fitzcarraldo.

Dalam epos Kuda Troya, ada seorang bernama Agamemnon yang bertahun-tahun mencoba membobol tembok pertahanan kota Troya dan selalu gagal. Tapi, lain dengan Odysseus yang membuat kuda-kudaan dari kayu berukuran raksasa. Dengan kuda ini, Odysseus berhasil membobol benteng pertahanan Troya dan menaklukkannya. “Bagi saya, pelajaran Kuda Troya untuk bisnis cukup simpel. Pemimpin bisnis harus membebaskan mereka dari konsep yang melulu menaikkan hasil. Tapi, mereka harus secara benar dan kreatif menggunakan strategi besar dan eksekusi atas strategi itu,” katanya.

Big Think dibedakan dengan Small Think. Big Think adalah berpikir keluar dari jalur standar (out of the box). Schmitt menggambarkan Big Think dengan unsur-unsur: kreativitas dan perubahan, kepemimpinan visioner, ide dan tindakan berani, integrasi yang melampaui ide-ide utama, bersifat jangka panjang dan berdampak lama. Sebaliknya, Small Think terdiri dari unsur seperti: berpikir biasa dan resisten, pemikiran dangkal, tidak menyukai risiko, mentalitas tertutup, dan fokus jangka pendek.

Schmitt menyebut beberapa perusahaan raksasa yang sukses dengan strategi Big Think, misalnya General Electric (GE) dengan ikon Jeffrey Immelt, Apple dengan Steve Jobs, dan sebagainya. Immelt sadar bahwa GE tidak akan bisa tumbuh pesat tanpa inovasi dan jalan Big Think. Ia memperkenalkan konsep “Three Imagination Breakthroughs” bagi setiap manajernya. Ide ini menantang GE untuk menggenjot diri untuk menghasilkan minimal $US 100 juta. Immelt senantiasa melihat kembali ide-ide ini dan mencoba menemukan ide baru untuk bisnisnya. Ia tidak mau terperangkap pada ide-ide kesuksesan lama. Ide-ide itu pulalah yang diterjemahkan tim GE dalam tindakan.

Selanjutnya, Schmitt memamparkan enam langkah terkait dengan Big Think. Tiga langkah pertama dikategorikan dalam strategi konsep (strategy formulation), yakni mencari ide-ide baru, mengevaluasi ide-ide tersebut, dan mengubah ide-ide tersebut dalam strategi Big Think. Tiga langkah berikutnya dikategorikan dalam tahap strategi pelaksanaan (strategy implementation), yakni eksekusi atas Big Think, memimpin dengan Big Think, mengimplementasikan dan menjaga kelangsungan Big Think dalam perusahaan. Buku ini secara garis besar mengupas langkah-langkah itu dalam setiap babnya.

Dalam langkah pertama, Schmitt menegaskan bahwa untuk menemukan ide-ide baru, orang harus keluar dari pakem. Tidak melulu menganalisis pasar dan faktor kompetitif dengan pisau analisis standar (analytical toolbox) saja. Tapi, harus bisa mencari koneksi-koneksi baru. “Kita harus menemukan ide-ide yang lebih radikal lagi. Yang jelas, kita tidak bisa menemukan sumber ide hanya di lingkup perusahaan saja. Kita harus melibatkan konsumen dalam proses itu,” tegasnya.

Usai menemukan ide-ide tersebut, perlu langkah jitu dalam mengevaluasi dan menentukan ide mana yang akan kita pilih untuk dieksekusi. Schmitt mengingatkan bahwa proses pemilihan ini jangan terjebak pada proses yang biasa dibuat atau ide-ide lama yang ada di perusahaan. Tapi, lebih pada apakah ide itu mempunyai dampak radikal pada bisnis perusahaan atau tidak. Sebaiknya, ada proses pengelompokan ide, penilaian ide terkait dengan dampak pada bisnis perusahaan dan dayanya mengubah pasar, ditempatkan dalam kerangka luas dan tidak melulu menurut pertimbangan para ahli saja.

Untuk mengubah ide-ide ke dalam strategi Big Think, Schmitt menawarkan empat kuadran strategi yang terdiri dari: kemampuan organisasi atau perusahaan, peluang dan tantangan dalam jejaring bisnis, nilai customer, dan peran ekosistem market pada hidup perusahaan. Dalam hal ini, ia mengusung keutamaan simponi Mahler. “Anda sedang melantunkan ide-ide berani Anda ke dalam sebuah dinamika yang membantu Anda mencapai cita-cita Anda,” katanya.

Sementara itu, dalam mengeksekusi Big Think, Schmitt mengajak kita membebaskan diri dari cara biasa. Langkah ini membutuhkan upaya besar seperti mau memindahkan sebuah kapal besar dari tepi pantai ke puncak gunung. Upaya ini menyasar dua pihak, internal dan eksternal. Internal lebih pada upaya mengomunikasikan ide itu pada seluruh karyawan. Eksternal lebih pada upaya mengomunikasikan ide itu pada customer. “Anda harus bisa menarik perhatian customer pada ide-de berani yang Anda komunikasikan,” tandasnya.

Langkah berikutnya, Big Think membutuhkan kepemimpinan. Pemimpin yang menganut Big Think harus mempunyai wawasan luas untuk menanamkan ide berani yang menyasar pada perubahan mendasar. Mereka tidak hanya mempunyai sebuah rencana, melainkan juga agenda. Semua rencana harus tersusun sedemikian rapi, objektif, dan jelas.

Langkah terakhir adalah bagaimana mengimplementasikan dan menjaga Big Think di perusahaan. Bagi Schmitt, tantangan terbesar Big Think tidak terletak pada bagaimana membuat proyek dengan sukses, tetapi bagaimana menanamkan Big Think pada jejaring perusahaan. Ia mengajak kita untuk memberdayakan karyawan. Karyawan sebaiknya mempunyai pandangan entrepreneur, senang dengan ide-ide baru dan berani.

Buku ini menarik karena disajikan dalam bahasa populer dan mengalir. Selain itu, Schmitt juga memberi banyak contoh dengan penyampaian dialogis seperti orang yang sedang melakukan percakapan. Sebenarnya, Big Think bukanlah ide baru yang jarang kita dengar. Tapi, Schmitt mampu memberi kebaruan melalui penyampaiannya. Oleh karena itu, buku ini tetap jadi “menu bergizi” bagi siapa saja yang ingin memulai bisnis, mengembangkan perusahaan, atau mengapai cita-cita besarnya. Menurut agenda, Bernd H. Schmitt akan memberikan seminar tentang buku ini di Jakarta pada bulan November 2008 nanti. [Sigit Kurniawan]

Read more...

Metrodata Siap Garap Konvergensi Digital

Jakarta- PT Metrodata Electronics Tbk mengelar METRODATA Solutions Day dengan tema “The Convergence of Telco, Internet, Media and Entertainment” di ballroom Shangri-La Hotel, Kamis (23/8).

Metrodata menilai bahwa konvergensi digital tidak bisa ditawar lagi. Konvergensi ini didorong oleh industri Telco, Internet, Media dan Entertainment dan akan menawarkan solusi-solusi baru yang inovatif baik bagi konsumen maupun pelanggan bisnis. Ramalan bahwa mobile device akan menjadi generasi ke-5 media sudah semakin nyata. Semakin membelakangi generasi sebelumnya, yakni media cetak (generasi pertama), radio (generasi kedua), televisi (generasi ketiga), dan internet (generasi kelima).

“Melihat banyak peluang itu, kami juga sudah siap bermitra dengan para
pemain di luar industri TI untuk merealisasikan konsep mobile devices sebagai media generasi kelima,” ungkap Kusnadi Sukarja, Presiden Direktur Pt Metrodata Electronics, Tbk.

Di acara itu, hadir pula pembicara lain, yakni Direktur New Business Development Team I Korean Telecom Freetel Wi Seong Ho, Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Hasnul Suhaimi, Managing Director PT Oracle Indonesia Adi J Rusli, Managing Director SAP Indonesia Krish Datta, dan sebagainya.

“Ini era the rise of digital marketing. Kita tahu dunia IT sudah siap mendukung berbagai kompetisi bisnis, komunikasi lintas industri, market intelligence, dan supply chain evolution,” kata Adrian Anwar, Server Product Marketing Manager PT Microsoft Indonesia.

Hasnul Suhaimi menegaskan bahwa Indonesia dalam penggunakan m
obile internet ini masih ketinggalan jauh dengan Korea. Indonesia baru menempati angka 2%, sedangkan Korea 25%. Hal ini ia sampaikan dalam topik wacana seputar “convergence challenge in the Telco.” “Ke depan orang memakai handphone tanpa menggunakan telinga lagi. Cukup dengan ibu jari,” katanya.

Sementara itu, Hasnul melihat kompetisi industri seluler Indonesia berada tahap kedua. Tahap pertama, persaingan coverage. Tahap ketiga, persaingan price dan capacity driver. Tahap ketiga adalah kompetisi baik di price, capacity driver, maupun coverage.


Sementara itu, Director Korean Telecom Freetel, Wi Seong Ho mengun
gkapkan pihaknya telah menerapkan konvergensi data ke ponsel sejak beberapa tahun terakhir. Korean telecom yang merupakan operator CDMA terbesar di Korea Selatan telah menggandeng industri advertising untuk mengembangkan bisnis tersebut, tak hanya itu Korean telecom juga menggaet industri musik dalam perkembangannya. Sampai Agustus 2008, sudah ada sekitar 2,095 juta pengguna CDMA di Korea.

“Keuntungan CDMA selain mudah juga punya coverage luas, kompati
bel dengan video call, speed tinggi, dan mempunyai variasi handset dengan harga ekonomis,” papar Wi Seong Ho. [KM] Foto: Hendra O. Willyanto

Read more...

Blog, Marketer, and Democratic Marketing

In the process of developing a closer relationship with customers, some companies should provide some interactive channels. Could be imagined if a big company have no this media. There will be a gap between company and customers. Now, there are some interactive media such as public relation, call center, customer service and so forth.

But, one of contemporary media which is used rarely by some companies is blog. Blog which its emergence became a marker of the birth of citizen journalism has changed the pattern of people communication. With this medium every people can be a reporter. When the bomb exploded in London in 2005, some personal blogs reported the accident faster than conventional media like newspaper or television. This phenomenon has proved how powerful and revolutionary the blog’s effect.

Up to now blog has improved fast. Based on the report of blog searcher Technocrati, there are about 63,2 million blogs in the online world. Even there are 175 thousands new blog everyday with 1,6 million number of postings. It has proved that many people involved in this new media.

A Blog is different with a website. Blog is more interactive. In the certain case blogs have changed the mode of people relations. Include the way of doing business. We know internet has changed the word. Time and space has been compressed. There is no distance between time and space as in the previous period (Giddens, 2001). The revolution of communication carries the present. Blog also has the same character. In the business area blog has a role to keep relation between company and its customer continually. The advantage of blogs is that posts and comments are easy to reach and follow due to centralized hosting and generally structured conversation threads (see Wikipedia).

Some local companies have accessed blogs. It is called a corporate blog. For example Koran Tempo, a national newspaper in Indonesia. As a big company which runs business based on information industry Koran Tempo considers blog as a progressive and effective media of interaction and communication. Blog acts as a bridge for editorial staff and their readers. Meanwhile the traditional website is positioned as chamber of digital archives. Blog is positioned as a room of conversation. Website tends to be one way, top down, formal, rigid, and not communicative. In this blog, readers of Koran Tempo can contribute to give direct input, opinion, impression or even complain. The editorial staff can be immediately responsive. This condition is not found in the printed edition.

The corporate blog can be divided into two categories, internal blog and external blog. A internal blog generally accessed through the company’s intranet. Many blogs are also communal and allowing anyone to post to them. That blog may encourage employee participation, a sense of community, free discussion of issues, direct communication between various layers of an organization, and collective intellegence.
The external blog becomes media where company employees, teams, or spokespersons share their views. It is often used to announce new products and customer services. This blog has function to explain and clarify policies or to react on public criticism on certain issues. The marketing communication division can use it as media for press releases.

The other local companies which have blogs are Maverick, Virus Communication, and Virtual Consulting. This blog can be managed by team of marketing or public relation. Some company has found benefits of blogs. Even can jack up sales or production as which been experienced by Virtual Consulting (Koran Tempo 29/02/08).

Some international big companies also use this beneficial media. Such as Microsoft, Cisco, Kodak, Delta Airways, Google, Boeing, Ford, IBM, or Sun Microsystem.
There is one factor that influenced companies unwilling using blog. Because of the openness character of this blog, some companies are afraid of any public comments. They are worried the blog become a counterproductive media to their company. Even the complains posted on blog can be read every people all over the world.
Can not be denied that modernity offers the openness.

So, in my opinion companies be not afraid for using blogs. On the contrary the fear can be a marker of disorderliness in their products or services. Complains must be treated as special gift. And yet complains will be responded by other readers who have not same opinion. This condition can be a chance for marketers to prove their professionalism.

One more benefit of blog! Companies use it as a tool for making community of their product lovers. For example Kecap Bango, national soy bean produced by PT Unilever Indonesia. Through this blog, spokespersons of Kecap Bango can share some information to their customer. Even customers can communicate each other. Not rarely they can held a direct meeting. This moment must be used by marketer as a beneficial moment. Blogs also can be effective tools for doing word of mouth strategy.

Actually, blogs can be used as means to do democratic marketing. I use this term intentionally to illustrate how marketing can do democracy that every customers, consumers, or other stakeholders have vote to decide product’s existence. A company should concern on people as the main stakeholder. [Sigit Kurniawan]

Read more...

22 Oktober 2008

Jagoan Kurir Dunia

Masih ingat film Cast Away yang dibintangi aktor beken Tom Hanks? Dalam film itu Tom Hanks berperan sebagai Chuck Noland, seorang insinyur yang bekerja di FedEx. Intinya, film ini mengisahkan petualangan dramatis sekaligus eksotis Noland yang terdampar di pulau terpencil, setelah selamat dari kecelakaan pesawar kargo milik perusahaan kurir tersebut. Nah, film produksi Dreamworks yang bermitra 20th Century Fox itu boleh dibilang ”iklan gratis” berdurasi panjang bagi FedEx. Lebih-lebih setelah Tom Hanks dinobatkan sebagai aktor terbaik versi Golden Globe tahun 2001.

Tapi, tidak disangkal bahwa FedEx merupakan perusahaan kurir internasional yang tersohor. Ini tidak lepas dari jasa sang pendiri, Frederick W Smith. Sebagai seorang entreprenuer, Smith berani bertaruh dengan keyakinan bisnisnya. “Jika kami tidak bisa mengantarkan barang sampai ke tujuan, kami tidak perlu dibayar,” katanya. Komitmen ini selalu dikedepankan sebagai motto seluruh tim FedEx. Dengan kredo itu, Smith memulai membangun fondasi kerajaan bisnisnya yang menjadi perusahaan jasa kurir terbesar di dunia.

Smith dilahirkan pada 11 Agustus 1944 di Marks, Mississipi, Amerika Serikat (AS). Ayahnya, Frederick C Smith, adalah seorang pendiri jaringan resto Toddle House. “Ayah saya mati saat saya berumur empat tahun. Tapi, saya masih punya ibu. Mulai saat itu, saya belajar mandiri. Justru inilah yang membentuk karakter saya,” katanya dalam wawancara dengan Academy of Achievement.
Smith doyan melahap buku di masa kecilnya. Ia mengaku senang dengan pelajaran sejarah. Bahkan, sampai kini pun ia masih gandrung membaca buku bergenre sejarah. “Ada buku yang sangat menginspirasi saya. Judulnya Death Be Not Proud. Buku ini bercerita tentang seorang anak muda yang terkena kanker otak. Tapi, dia mampu bertahan hidup dengan menerima keterbatasan hidupnya,” katanya.
Smith juga tergila-gila pada pesawat terbang. Bahkan, setelah tamat dari sekolah menengah di Memphis University School, ia sudah mengantongi lisensi sebagai pilot amatir. Tapi, ia tetap melanjutkan studi ekonomi di Yale University. Lewat karya tulisnya, benih-benih usaha jasa pengiriman ini sudah terbaca.

Pada tahun 1966, ia menyabet gelar sarjana ekonomi. Tapi, keputusan Smith sangat unik. Ia memilih bergabung dengan korps marinir AS. Ia menjadi seorang pilot dan pemimpin peleton selama lima tahun. Tak akan pernah terhapus dari sejarah bahwa dirinya pernah diterjunkan di medan pertempuran Vietnam dan tercatat 200 kali terbang dalam misi itu.

“Saya belajar banyak dari pengalaman di sana. Belajar menjadi pemimpin dan mengorganisasi orang. Ini yang memperkaya kepemimpinan saya di FedEx. Di Vietnam, saya berhutang budi pada Sersan Jack Jackson dan Bapa Vince Capodano,” katanya mengenang.

Setelah puas dengan kegiatan militernya, Smith kembali ke lingkungan awalnya, dunia ekonomi bisnis. Dengan modal cukup, ia berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan perawatan pesawat terbang, Ark Aviation Sales pada tahun 1970. Tidak lama kemudian, ia berbisnis pesawat bekas. Baru pada 18 Juni 1971, Smith mengeksekusi mimpinya membangun Federal Express (FedEx). Untuk menjalankan perusahaan jasa pengiriman logistik ini, ia mengalokasi dana warisan sebesar US$ 4 juta ditambah dengan modal patungan US$ 91 juta sebagai investasi. Dalam semalam, perusahaan jasa transportasi kargo udara ini sudah melayani 186 paket dengan 14 pesawat kecil ke 25 kota yang terbentang dari Rochester, New York, sampai Florida.

FedEx pun berhasil mengirimkan tujuh paket kiriman dengan jaminan sampai ke tujuan dalam semalam. Karena jaminan ini selalu berhasil ditepati, jumlah pelanggan segera membeludak dalam waktu singkat. Rupanya komitmen pada jaminan itu menumbuhkan kepercayaan pada konsumen. Kantor FedEx semakin ramai dengan lalu lintas pengiriman barang.
Di FedEx, Smith menjadi pemimpin sekaligus presiden dan CEO yang disegani. Pada tahun 2006, Smith dinobatkan sebagai Person of the Year 2006 oleh Kamar Dagang AS-Perancis. Asal tahu saja, Smith merupakan teman satu kampus George Walter Bush dan sempat diisukan menjadi menteri pertahanan saat Bush terpilih menjadi orang nomor satu di AS.
Saat ini, FedEx harus lebih cermat dan hati-hati. Pasalnya, pemain-pemain baru mulai bermunculan dengan tawaran-tawaran yang tidak kalah menggiurkan. FedEx sekarang menguasai 44% pasar dan pemain-pemain baru itu pun belum ada yang mampu menggoyahkannya. FedEx mempunyai hampir 650 unit pesawat terbang dan 80.000 truk pengangkut.

Tiga Kunci Sukses
Ada tiga kunci sukses dalam kepemimpinan Smith, yakni: berpikir strategis, dikelilingi orang pintar, dan memiliki energi tinggi. Gaya kepemimpinannya menjadi bahan perbincangan di seminar-seminar motivasi kelas dunia. Bayangkan saja, ia memimpin sekitar 170.000 karyawan, mengirimkan barang 3 juta paket per hari dengan sekitar 650 pesawat dan puluhan ribu kendaraan lainnya. Tentu saja, pemimpin itu harus ulet, cerdas, dan mumpuni. Nah, semua syarat itu dimiliki oleh Smith.

“Saya jarang merasa stres memimpin perusahaan sebesar ini. Saya menemukan kegembiraan di sana. Bisnis adalah sebuah permainan, permainan yang agung. Saya memperkerjakan banyak orang. Iklan kami selalu lucu dan menyindir. Itu menarik,” katanya.

Frederick Smith membagi tiga rahasia sukses memimpin perusahaan sebesar FedEx. Menurut buku Lesson from the Top karangan Neff dan Citrin, Smith memahami bahwa pemimpin itu harus bersikap strategis, bermitra dengan orang-orang pintar, dan mempunyai energi hidup yang tinggi.

Seorang pemimpin strategis dalam dunia bisnis, menurutnya, harus berani menghadapi berbagai perubahan, serta menyiapkan strategi agar agar perusahaan bisa mengambil keuntungan dari perubahan itu. Karenanya, seorang pemimpin harus punya pengetahuan kuat dan berani memilah-milah beragam informasi. Bukan cuma itu, ia harus mampu menerapkannya di lapangan. Lebih baik lagi, jika ia pernah mengenyam pengalaman di berbagai level pekerjaan di perusahaan. Dengan begitu, ia benar-benar mengenal seluk-beluk perusahaan. Tidak ketinggalan, Smith menegaskan juga bahwa seorang pemimpin harus punyai visi yang jelas. Sebab, strategi yang disusun harus selalu mengarah pada visi yang ditentukan.

Seorang pemimpin bukanlah seorang single fighter. Ia membutuhkan kemitraan dengan banyak orang. Bagi Smith, kesuksesan terjadi bila seorang pemimpin mampu bermitra dengan orang-orang cerdas dan bijak. Dengan bekerja sama dengan orang-orang yang punya banyak kelebihan ini, ia lebih mudah menjalankan bisnis sesuai dengan visinya. Bila timnya terdiri dari orang-orang macam itu, dirinya bisa lebih fokus pada masa depan perusahaan dengan mengantisipasi perubahan sekaligus mengkalkukasi risiko yang bakal terjadi.

Seorang pemimpin harus memiliki energi hidup yang tinggi. Ia bersikap optimis pada masa depan bisnisnya. Asal tahu saja, Smith menegaskan energi itu menular. Seorang pemimpin yang optimis akan menularkan sikap optimis itu pada seluruh timnya. Sebaliknya, seorang pemimpin yang pesimis dan tidak punya visi ke depan akan menularkan energi negatif pada timnya dan lebih berakibat buruk pada kinerja perusahaan. “Dalam soal ini, saya berutang pada guru futbol saya. Ketekunan itu merupakan kunci untuk meraih apa yang diinginkan,” katanya.

Smith memberi contoh konkrit. Ketika para pilot FedEx akan mengancam akan melakukan aksi mogok, ia bergerak cekatan dengan komunikasi dialogis, komit pada disiplin, dan mendapatkan dukungan karyawan lain. Akibatnya, pemogokan urung dilakukan dan kerja perusahaan berjalan normal.

Tiga kunci kepemimpinan itulah yang membuat Smith mampu memimpin dan membesarkan FedEx seperti sekarang ini.

Read more...

Quote of Philip Kotler

"Marketing is not the art of finding clever ways to dispose of what you make. It is the art of creating genuine customer value."

[Philip Kotler]

Bus Disulap Jadi Rumah Berjalan

Image Hosted by ImageShack.us
Seperti apakah bila bus, moda transportasi yang jamak digunakan orang, disulap menjadi 'rumah atau kantor' berjalan?read more

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP